Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

6 Jenis Cabai di Pasaran Indonesia, Kenali Dulu Sebelum Bikin Sambal

KOMPAS.com - Cabai bisa dibilang merupakan salah satu bumbu dapur utama di Indonesia. Mulai dari menjadi teman makan gorengan, dijadikan bumbu masak tumisan, sampai bahan sambal.

Terdapat 6 jenis cabai yang umum di Indonesia menurut buku "Sehat dengan Rempah dan Bumbu Dapur" (2016), karya penulis Made Astawan yang diterbitkan oleh Penerbit Buku Kompas.

Sebelum membeli cabai, kenali dulu ke-6 jenisnya. Mulai dari cabai besar sampai bubuk cabai.

1. Cabai rawit

Cabai rawit atau cabai kecil, biasanya digunakan sebagai bahan sambal terutama yang warna merah. Sementara cabai rawit hijau tua, biasanya dipakai untuk teman makan gorengan. 

Cabai rawit awalnya berwarna hijau, kemudian berubah menjadi merah ketika sudah matang.

Cabai rawit ceplik, jenis cabai yang biasanya dikonsumsi orang Indonesia. Bentuk cabai ceplik berujung tumpul dan montok.

Ada pula cabai jemprit, jenis rawit paling pedas. Cabai rawit jemprit mempunyai bentuk kecil pendek, ujungnya runcing, dan warna hijau gelap. Namun, ketika sudah matang akan berubah warna jadi merah.

Orang Sunda menyebut cabai rawit jemprit sebagai cengek. Orang bisa tersedak, batuk, bersin, atau cegukan kalau kurang hati-hati saat makan cabai ini.

Terdapat dua jenis cabai besar, warna merah dan hijau. Ukurannya jauh lebih besar daripada cabai rawit. Sementara rasanya lebih pedas cabai rawit.

Bentuk cabai besar beragam, mulai dari ujungnya kerucut sampai membulat. Ciri khas cabai besar terletak pada kulitnya yang tebal.

Cabai besar biasanya untuk membuat sambal, dicampur dengan cabai rawit. Cabai besar iris juga menjadi bumbu masakan tumis. Selain itu, cabai ini bisa dijadikan sebagai hiasan alias garnish.

Cabai merah besar sering disebut cabai bali karena umumnya digunakan dalam masakan Bali.

Cabai rawit dan cabai merah termasuk kelompok cabai pedas (hot chilli pepper), seperti tertera pada buku masakan Barat.

3. Cabai keriting

Cabai keriting biasanya digunakan sebagai bumbu utama masakan Padang. Maka dari itu cabai keriting disebut juga cabai padang.

Selain cabai besar dan rawit, cabai keriting juga biasanya dijadikan sambal.

Rasa sambal cabai keriting lebih pedas daripada cabai besar. Pasalnya, kadar air cabai keriting lebih sedikit dan ukurannya lebih kecil.

Oleh karena itu, biasanya takaran bumbu dapur pada masakan lebih banyak daripada cabai keriting. Tujuannya, agar rasa pedas cabai keriting tidak terlalu mendominasi.

Cabai putih awalnya berwarna kuning pucat, ketika sudah tua akan berubah menjadi merah muda hingga jingga.

Cabai putih mempunyai bentuk mirip cabai jemprit, tetapi warnanya kuning pucat. Rasa cabai putih tidak sepedas jenis cabai lainnya.

Cabai putih berukuran besar disebut cabai manado. Sebab, cabai ini biasanya digunakan dalam masakan Manado seperti tinorangsak.


5. Cabai bubuk

Cabai bubuk yang biasanya berwarna orange kemerahan ini umum dijual di pasaran. Jenis ini lebih praktis, tetapi tidak lebih segar daripada cabai lainnya.

Cabai bubuk berasal dari cabai yang diolah menjadi bentuk serpihan bubuk menyerupai lada putih. Rasa pedas cabai bubuk lebih menyengat.

Paprika termasuk jenis cabai. Biasanya digunakan dalam masakan Barat. Namun, paprika juga mudah ditemui di Indonesia.

Terdapat dua jenis cabai paprika yaitu paprika manis yang bentuknya besar. Satunya lagi paprika pedas yang bentuknya lebih kecil.

Paprika termasuk golongan cabai manis (sweet chili pepper) karena rasanya tidak begitu pedas, malah cenderung agak manis.

Pada fase awal tumbuh warna paprika hijau, kemudian menguning. Ketika sudah matang sempurna, menjadi merah lalu jingga.

Paprika bisa dijadikan sambal. Namun, rasanya tidak sepedas sambal dari cabai rawit, cabai merah, maupun cabai keriting.

Buku "Sehat Dengan Rempah dan Bumbu Dapur" (2016) karya Made Astawan yang diterbitkan Penerbit Buku Kompas bisa dibeli di Gramedia.com.

https://www.kompas.com/food/read/2020/09/29/215852675/6-jenis-cabai-di-pasaran-indonesia-kenali-dulu-sebelum-bikin-sambal

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke