Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Rendangmologi

SAYA bersyukur dianugrahi kesempatan oleh Yang Maha Kuasa untuk berkenalan dengan tokoh gastronomi Indonesia, Indra Ketaren yang kemudian saya paksa untuk mau-tidak-mau menjadi mahaguru filsafat kuliner Nusantara saya.

Dari beliau saya memperoleh banyak pembelajaran warisan peradaban kuliner Nusantara antara lain nasi goreng, soto dan sate.

Termutakhir dari Indra Ketaren, saya memperoleh informasi berharga tentang rendangomologi yang kini saya share dengan para penggemar rendang sebagai berikut:

Minangkabau

Rendang merupakan menu utama bagi masyarakat Minang yang dipengaruhi cita rasa masakan India. Dahulu kala rendang disajikan sebagai menu utama bagi para bangsawan. Kini rendang sangat digemari masyarakat minang bahkan oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia sampai mancanegara.

Saya pernah makan rendang yang menurut saya terlezat di dunia bukan di Padang namun di Bath, Inggris pada sebuah rumah makan Thai yang bertetangga dengan museum Jane Austen.

Menurut Indra Ketaren, rendang memiliki posisi terhormat dalam budaya masyarakat Minangkabau karena memiliki nilai filosofi tersendiri bagi masyarakat Sumatera Barat, yakni melambangkan keutuhan masyarakat dalam musyawarah dan mufakat dengan merujuk kepada 4 (empat) bahan pokok yang digunakan dalam membuatnya, yakni:

1. Dagiang (daging); sebagai bahan baku utama dalam membuat rendang yang merupakan lambang dari ninik mamak (para pemimpin suku adat) yang ada di Minangkabau.

2. Karambia (kelapa); sebagai bahan pendukung yang merupakan lambang cadiak pandai (kaum intelektual).

3. Lado (cabe); sebagai lambang alim ulama yang pedas yaitu tegas untuk mengajarkan syariat agama.

4. Pemasak (bumbu); sebagai pelengkap yang merupakan lambang dari keseluruhan masyarakat Minang.

UNESCO

Dalam tradisi Minangkabau, rendang adalah hidangan yang wajib disajikan dalam setiap perhelatan istimewa, seperti berbagai upacara adat atau perhelatan keagamaan, kenduri, atau menyambut tamu kehormatan.

Rendang berasal dari daerah pegunungan, tepatnya daerah Pariangan, Padang, Sumatera Barat. Dari sanalah rendang mulai merambah ke daerah-daerah di luar Sumatera bahkan ke seluruh dunia.

Seni memasak Rendang ini berkembang juga ke kawasan serantau lainnya diseluruh Sumatera hingga sampai ke negeri seberang di Negeri Sembilan (Malaysia) yang banyak dihuni perantau asal Minangkabau.

Karena itulah rendang dikenal luas di Semenanjung Melayu karena sebagian besar penduduk Malaysia yang berbudaya Melayu berasal dari Sumatera.

Kelebihan rendang selain terkenal sebagai makanan yang tahan lama juga bercita rasa pedas, namun ketika sudah sampai di lidah, rasa pedasnya akan hilang.

Masakan ini mampu bertahan sampai 3 (tiga) bulan tanpa dipanaskan kembali, tanpa berubah rasa dan aroma. Semakin lama disimpan maka akan semakin enak rasanya.

Menurut keyakinan saya, adalah wajib hukumnya bahwa rendang bersama jamu, tenun, kujang, kroncong, dangdut dan lain-lain dicalonkan ke UNESCO untuk diakui sebagai warisan kebudayaan kuliner dunia mahakarya bangsa Indonesia.

Mahakarya kuliner

Pada awalnya rendang dibuat karena masyarakat Minang membutuhkan makanan yang mampu bertahan lama sampai lebih dari 2 bulan sebagai bekal merantau, termasuk untuk bekal naik haji, apalagi perjalanan menuju Mekkah zaman dahulu bisa berbulan-bulan menggunakan kapal laut.

Makanan diawetkan dengan cara dikeringkan. Rendang, bila dimasak dengan benar sampai kering, bisa tahan 1-3 bulan di udara terbuka.

Rendang dimasak selama kurang lebih 8 (delapan) jam agar bumbu meresap sempurna, dan diperoleh cita rasa yang khas dan nikmat.

Untuk memasak rendang harus menggunakan santan dari buah kelapa yang tua karena lebih banyak lemaknya agar rasanya lebih gurih. Bila menggunakan santan instan rasanya kurang begitu lezat.

Memasak rendang tidak bisa sembarangan. Jika memasak dengan api kecil maka hanya akan menghasilkan kari daging. Bila dimasak terus akan menjadi kalio daging yang agak berminyak dan bila dimasak lebih lama lagi baru akan menghasilkan rendang.

Memang benar bahwa makin lama disimpan rendang makin lezat rasanya tanpa ada duanya di planet bumi ini.

Maaf sampai di kalimat ini, saya tidak tahan menahan saliva menetes ke luar dari mulut maka terpaksa saya berhenti menulis naskah sampai di sini untuk segera pesan rendang lewat on line sebab PSBB belum berakhir.

https://www.kompas.com/food/read/2020/09/16/163816075/rendangmologi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke