Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jimmy  Hitipeuw
Pengajar dan Mantan Wartawan

Pengajar di beberapa universitas dan lembaga bahasa

Kegagalan Pengajaran Bahasa Inggris di Sekolah dan Perguruan Tinggi Indonesia

Kompas.com - 04/04/2024, 10:40 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Kehadiran instruktur bahasa yang profesional diperlukan untuk mencetak peserta didik yang berkualitas.

Selain penguasaan materi yang memadai, pengajar bahasa asing juga dituntut untuk mengetahui penguasaan bahasa asing setiap peserta didik. Ini karena setiap siswa memiliki beragam karakteristik yang mencakup teknik belajar dan tingkat penyerapan pelajaran seperti tertuang dalam konsep intelegensi majemuk (Stanford, 2003).

Ada 4 keterampilan yang harus diketahui peserta didik dalam berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca, serta menulis.

Dalam proses pembelajaran bahasa Inggris, seorang siswa tentu pernah mengalami hambatan dalam belajar sehingga berdampak kepada kurang maksimalnya hasil belajar siswa.

Fakta ini dapat terjadi pada siapa saja, termasuk pada mahasiswa yang mengambil program studi bahasa Inggris maupun non-bahasa Inggris.

Hasan (2000) menerangkan umumnya kesulitan yang dihadapi oleh pembelajar bahasa Inggris sebagai bahasa asing adalah ketidakpahaman pada pengucapan bahasa Inggris yang diutarakan dengan kecepatan normal melalui materi listening.

Dalam keterampilan membaca, Rahmawati (2011) berpendapat masalah yang ditemui dalam pemahaman teks bacaan terletak pada kurangnya pengetahuan tentang bahan bacaan dan ketidaktahuan bagaimana cara mengaitkan ide antara kalimat satu dengan yang lain.

Sementara dalam keterampilan berbicara, Megawati & Mandarani (2016) dalam penelitiannya, menemukan kesulitan yang kerap ditemui siswa dalam berbicara bahasa Inggris terletak pada minimnya kosa kata bahasa Inggris.

Keterampilan menulis menempati tingkat kesulitan tertinggi karena kegiatan ini menuntut proses pemikiran yang kompleks dan sistematis.

Permasalahan pada pembelajaran bahasa Inggris tidak hanya ditemukan di tingkat pendidikan dasar, menengah, dan atas, tetapi juga hingga di perguruan tinggi.

Mahasiswa yang tidak berlatar belakang pengetahuan bahasa Inggris mumpuni sejak SD hingga SMA akan sangat terbebani dengan hal ini.

Tidak heran, sebagai pembelajar bahasa Inggris yang tidak mendalami ilmu di bidangnya menunjukkan beragam respons kesulitan dalam proses pembelajaran (Zuomin, 1995)

"Mahasiswa dapat dikatakan aktif saat dalam proses pembelajaran turut menjawab pertanyaan, mengajukan pertanyaan, dan sering menjelaskan pendapat saat kegiatan kelompok. Mereka yang kurang aktif dapat diamati dari intensitas interaksi yang jarang terjalin antara mahasiswa tersebut dengan dosen. Mereka hanya aktif saat diminta atau ditunjuk dosen untuk menjelaskan pendapatnya," jelas Anna Rifaatul Afiah, M.Pd., pengajar mata kuliah umum bahasa Inggris Universitas Pembangunan Jaya.

Sementara koordinator mata kuliah umum bahasa Inggris Universitas Pembangunan Jaya, Andi Dagmarbumi, M.Hum., berpendapat faktor penyebab kesulitan dalam belajar berbicara bahasa Inggris terlihat dari jumlah frekuensi praktik berbicara bahasa Inggris dan faktor psikologi yang tergolong dalam faktor afektif.

"Mahasiswa terbilang pasif di mana mahasiswa hampir tidak pernah berkontribusi secara lisan dalam bahasa Inggris dengan dosen maupun teman kelas, dan nilai kuis atau ujian tengah dan akhir semester rendah," tutur Andi Dagmarbumi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com