Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Madrasah Alami Perubahan Luar Biasa sejak 1980

Kompas.com - 29/11/2023, 10:03 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Kepala Pusdiklat Tenaga Teknis Kementerian Agama (Kemenag) Mastuki menyatakan, perubahan pendidikan di madrasah mengalami perubahan yang luar biasa sejak tahun 1980-an.

Menurut dia, perubahan-perubahan mendasar di madrasah berkaitan dengan reformasi pendidikan nasional secara keseluruhan.

Baca juga: 12 Madrasah Aliyah Masuk 100 Sekolah Terbaik Indonesia

Madrasah, kata dia, sebagai bagian sistem pendidikan nasional tak pelak juga mengalami perubahan signifikan.

"Saya mengamati sejak 1980-an, madrasah mengalami transformasi pendidikan yang luar biasa, di mana madrasah diakui setara dengan sekolah. Implikasinya luar biasa, yakni terjadinya mobilitas sosial-vertikal di kalangan anak-anak muslim melalui jalur pendidikan di madrasah," kata dia dalam acara yang bertajuk "Merajut Transformasi Pembelajaran untuk Anak-Anak Indonesia: Mendiskusikan Dampak Reformasi Pendidikan Indonesia dan Merayakan Kemitraan INOVASI" di Jakarta, Selasa (28/11/2013).

Pada forum kemitraan Australia-Indonesia ini, Mastuki menuturkan, melalui jalur pendidikan madrasah, anak-anak muslim yang tersebar di kampung-kampung kecil dan jauh dari modernisasi mengalami urbanisasi ke perkotaan.

Selanjutnya terjadi mobilitas sosial yang besar. Terbukanya akses pendidikan yang mudah dan terjangkau sampai ke desa-desa menjadi faktor penyebab kenapa anak-anak muslim mengalami mobilitas vertikal yang cepat.

"Generasi muslim 1970-an mulai berbondong-bondong masuk madrasah. Madrasah Tsanawiyah di kota kecamatan, lalu ke Madrasah Aliyah di kota kabupaten," jelas dia.

"Dan sebagian besar mereka kemudian kuliah di perguruan tinggi yang tersebar di kota-kota besar. Bahkan sekarang mobilitas itu di luar ekspektasi. Karena saat ini madrasah sudah masuk transformasi digital. Kemudahan akses pendidikan ke madrasah makin terbuka," tambah mantan Kepala Biro Humas Kemenag ini.

Dia juga menyoroti koneksi antarmadrasah yang makin mudah akibat reformasi pendidikan. Tukar-menukar informasi antarmadrasah lebih cepat, sharing knowledge antarguru juga terbuka.

Digitalisasi layanan di madrasah memudahkan masyarakat mengenal lebih jauh apa dan bagaimana pendidikan madrasah.

"Booming teknologi membuka sekat-sekat lembaga makin transparan. Bukan saja antarmadrasah, tapi juga dengan lembaga dan instansi yang makin luas. Koneksi antarlembaga ini memperluas jaringan madrasah dengan stakeholders yang luas pula. Kesempatan belajar bagi siswa jiga makin terbuka lebar," jelas dia.

Baca juga: Unusa Gapai Akreditasi Unggul dari BAN-PT hingga 2028.

Mastuki menjelaskan, reformasi pendidikan yang terjadi di madrasah ini penting. Karena sebagian besar, di atas 85 persen status madrasah itu swasta, serta dikelola oleh yayasan dan lembaga keagamaan yang sangat variatif.

Namun, dedikasi lembaga-lembaga ini sangat besar, terutama dalam pembiayaan dan penyediaan anggaran bagi madrasah.

Dia menambahkan, salah satu keunggulan madrasah adalah dukungan masyarakat yang sangat besar. Filantropi muslim seperti zakat, wakaf, sedekah, dan hibah sangat potensial membiayai sebagian besar operasional madrasah swasta.

"Dukungan ini juga berkontribusi membuka akses yang makin luas bagi anak-anak muslim berbagai strata sosial bisa menikmati pendidikan murah di madrasah," pungkasnya.

Baca juga: Bertambah 1, Kini Ada 80 Perguruan Tinggi Berakreditasi Unggul BAN-PT

Selain Mastuki, Hadir sebagai pembicara di acara itu adalah Kepala BSKAP Kemendikbud Ristek, Anindito Aditomo, Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat dan Kebudayaan Bappenas, Amich Alchumami, Ketua Eksekutif Komite Nasional Indonesia untuk UNESCO/KNIU, Itje Chodidjah, dan Project Manager INOVASI, Mark Heyward.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com