Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Waode Nurmuhaemin
Penulis

Praktisi pendidikan, penulis buku dan novel pendidikan

Kekerasan yang Terus Berulang di Sekolah

Kompas.com - 10/08/2023, 08:48 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Tidak ada tempat untuk kekerasan dalam dunia pendidikan di Indonesia.

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Makarim sudah menegaskan akan membasmi tiga dosa besar pendidikan, yaitu perundungan, kekerasan seksual, dan intoleransi.

Kekerasan yang dilakukan oleh guru terhadap siswa adalah bentuk perundungan. Demikian juga kekerasan yang dilakukan orangtua siswa terhadap guru.

Dalam kasus ini, guru dan orangtua sama-sama melakukan tindakan kekerasan, meski sang guru mengalami luka fisik yang lebih berat.

Tahun 2024, Kurikulum Merdeka akan menjadi kurikulum nasional. Saat ini kurikulum tersebut sudah dipakai di hampir seluruh sekolah Indonesia.

Kurikulum ini diklaim unggul serta memiliki ciri khas P5, akronim dari Projek penguatan profil pelajar pancasila sebagai pembeda dengan kurikulum K13.

Kurikulum Merdeka juga dinilai lebih membahagiakan guru dan siswa. Apa yang diharapkan oleh masyarakat dari penerapan kurikulum ini adalah gambaran kesejukan pengamalan nilai-nilai Pancasila di sekolah.

Semua guru diharapkan memahami P5. Sebelum menerapkan pada siswa, hendaknya guru terlebih dahulu menerapkan pada diri sendiri sehingga menjadi lambang dan contoh karakter dari P5.

Kurikulum Merdeka memang bercirikan digitalisasi dalam pelatihannya. Sehinga perlu dipastikan keterjangkauanya untuk semua guru di seluruh NKRI.

Diharapkan dalam darah guru teraliri falsafah dan nilai-nilai Kurikulum Merdeka yang digerakan nilai Pancasila.

Mereka tidak boleh lagi mencederai citra pendidik dengan melakukan perbuatan yang tidak memberikan pencerahan dan pendidikan bagi siswa, penerus estafet kepemipinan bangsa ini.

Kasus kekerasan yang terus terjadi di dunia pendidikan kita adalah alarm yang berbunyi kencang. Wajib diperhatikan dan diselesaikan dengan cepat.

Sekolah adalah tempat menyemai bibit-bibit unggul generasi harapan, bukan pencetak calon-calon manusia yang rusak mental dan akhlaknya. Guru, siswa, dan orangtua diharapkan bersinergi menjadi kekuatan polarisasi yang bisa mewujudkan sekolah tanpa kekerasan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com