Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

UPNVY Angkat Eksistensi Batik Tulis Giriloyo dengan Cara Ini

Kompas.com - 07/08/2023, 10:01 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Salah satu warisan budaya tak benda yang sudah diakui UNESCO, yakni Batik Indonesia kini telah dikenal luas.

Kendati demikian, hadirnya teknologi menjadikan batik bisa dibuat dengan cara dicetak atau printing. Bukan lagi dengan cara melukis pola batik secara manual.

Jadi, saat ini batik tulis sebagai suatu produk telah tersaingi oleh produk printing bermotif batik. Karenanya, edukasi perlu terus dilakukan. Salah satunya lewat storytelling (penceritaan) kepada pengunjung.

Terkait hal itu, Tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta (UPNVY) melakukan pendampingan pada Paguyuban Batik Tulis Giriloyo Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Baca juga: Dosen UPN Jogja Ajak Warga Tumbuhkan Kesadaran Mengolah Sampah

Hal itu dilakukan karena Galeri Batik Tulis Giriloyo juga sudah dikenal luas. Tetapi, sekarang tersaingi dengan batik printing.

Tim PKM UPNVY bersama Paguyuban Batik Tulis Giriloyo berupaya menyebarkan cerita filosofis melalui teknik storytelling di balik motif setiap kain batik kepada pengunjung di galeri.

Masyarakat butuh inovasi baru

Menurut Ketua Tim PKM UPNVY, Agung Prabowo, saat ini ada sekitar 600 orang perajin batik tulis Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul yang menggantungkan pemasaran produk batik tulis mereka ke galeri.

Alhasil berbagai kreativitas dan inovasi terus ditumbuhkan untuk menjaga karya tradisi nenek moyang itu tetap lestari.

Adapun program pendampingan ini diharapkan mampu mengedukasi masyarakat tentang batik tulis, khususnya motif Mataram yang diproduksi masyarakat Desa Wukirsari.

"Tidak semua orang paham setiap motif batik memiliki cerita filosofis. Ini penting diketahui (masyarakat) agar warisan budaya ini tetap lestari," ujar Agung dalam keterangan tertulisnya, Senin (7/8/2023).

Baca juga: Mahasiswa UPN Jogja Bakal Diberi Pelatihan Jurnalistik dari Sputnik Rusia

Lebih lanjut anggota Tim PKM UPNVY lainnya Oliver Samuel Simanjuntak mengungkapkan pendampingan ini sekaligus sebagai bagian dari upaya pemasaran terhadap produk tradisional Batik Tulis Giriloyo di tengah industri modern saat ini.

Selain pemasaran, Tim PKM UPNVY juga akan melakukan pendampingan dari sisi manajemen sehingga pengelolaan organisasi lebih optimal.

Dijelaskan, geliat wisata Batik Tulis Giriloyo saat ini sudah mulai terlihat pasca Covid-19 yang lalu.

Hingga tengah tahun 2023 ini tercatat lebih dari 19 ribu orang telah mengunjungi wisata membatik di desa tersebut. Dari jumlah tersebut tercatat ada wisatawan asing baik dari Asia, Eropa dan Amerika.

Maka dari itu, bentuk pengabdian dari dosen UPNVY tersebut ialah mendampingi Paguyuban Pengrajin Batik Tulis Giriloyo untuk membuat sarana edukasi berupa kode batang (barcode) yang berisi tentang kisah filosofis setiap motif batik yang diproduksi masyarakat Desa Wukirsari.

Berharap ada nilai tambah

Dikatakan salah satu pengurus Paguyuban Pengrajin Batik Tulis Giriloyo, Bachtiar, nantinya setiap calon pembeli atau pembeli bisa mendapat pengetahuan tentang motif batik dengan memindai kode yang disematkan dalam setiap produk kain batik.

"Kami berharap dengan pengetahuan ini value (nilai tambah) sebuah karya batik dapat bertambah," kata dia.

Sedang salah seorang kurator Galeri Batik Tulis Giriloyo, Wasihatun menambahkan, batik tulis adalah sebuah karya seni.

Oleh karena itu setiap karya selalu memiliki kekhasannya sendiri-sendiri tergantung dari kreativitas si pembuat.

Baca juga: Lahan Bekas Tambang di Sekitar IKN Bakal Dikaji UPN Jogja

"Setiap kain yang masuk ke galeri akan dikurasi lebih dahulu antara lain mengenai teknik pewarnaan, keluwesan (dalam membatik), tingkat kerumitan (motif), dan sebagainya," katanya.

Dikatakan dia, satu lembar kain batik tulis membutuhkan waktu hingga berbulan-bulan tergantung dari tingkat kerumitannya. Saat ini pembatik di Desa Wukirsari di dominasi perempuan paruhbaya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com