Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memetakan Potensi Rempah di Halmahera Utara lewat KKN Kolaborasi

Kompas.com - 03/08/2023, 08:11 WIB
Pythag Kurniati,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

HALMAHERA UTARA, KOMPAS.com - Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Universitas Khairun (Unkhair) Ternate, dan Universitas Halmahera (Uniera) melakukan pemetaan potensi rempah melalui Kuliah Kerja Nyata (KKN) Kolaborasi di tiga desa di kawasan Halmahera Utara, Maluku Utara.

Pemetaan rempah merupakan bagian dari upaya mengembalikan kejayaan rempah di Tanah Air, khususnya di Indonesia timur.

Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian Masyarakat, dan Alumni Universitas Gadjah Mada (UGM) Arie Sujito mengungkapkan, KKN kolaborasi menjadi sebuah terobosan untuk mendukung pengembangan potensi sumber daya rempah di Halmahera Utara, Maluku Utara.

Baca juga: UGM Gelar Olimpiade Internasional Fisiologi 2023, Diikuti 14 Negara

"Ide pokoknya adalah pengembangan rempah ini tidak sekadar aspek ekonomi tapi juga aspek kebudayaan, ekologi yang memiliki tujuan besar," kata Arie di Kantor Bupati Halmahera Utara, Maluku Utara, Kamis (3/8/2023).

Pihak universitas, kata dia, mendukung upaya pemerintah Kabupaten Halmahera Utara dalam pengembangan rempah.

UGM menerjunkan sekitar 7.000 mahasiswa di 31 provinsi di Indonesia dalam KKN 2023. Dari jumlah itu, 2.500 di antaranya berkolaborasi dengan universitas lain.

Di Maluku Utara, para mahasiswa diterjunkan di desa-desa penghasil pala yakni Desa Ngidiho, Kecamatan Galela Barat; Desa Goruwa Selatan, Kecamatan Tobelo Utara, dan Desa Pitu, Kecamatan Tobelo Tengah.

Direktur Penelitian Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Mirwan Ushada saat ditemui di Kabupaten Halmahera Utara, Maluku Utara.Dok. KOMPAS.com/Pythag Kurniati Direktur Penelitian Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Mirwan Ushada saat ditemui di Kabupaten Halmahera Utara, Maluku Utara.

Direktur Penelitian Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Mirwan Ushada mengungkapkan, Maluku Utara adalah ikon provinsi yang lekat dengan rempah.

Baca juga: Jalur Rempah Nusantara Bakal Didaftarkan sebagai Warisan Budaya Dunia UNESCO

"Kita rencananya ingin mengembangkan cosmopolis Maluku Utara, itu adalah diksi yang diusulkan UGM untuk komplementer yang disebut dengan jalur rempah," katanya

Menurut Mirwan, ada tiga pendekatan yang digunakan yaitu rekonstruksi, revitalisasi, dan inovasi.

"Rekonstruksi artinya kita menggali nilai lokal dan budaya yang ada di daerah cosmopolis ini. Kemudian di situ kita akan revitalisasi, kita ingin membangkitkan kembali kejayaan rempah," kata dia.

Kemudian melakukan inovasi dengan mengembangkan produk-produk olahan rempah.

"Hasil KKN ini akan dijadikan informasi awal untuk melakukan penelitian," katanya.

Menurutnya, tidak kurang dari 20 peneliti diterjunkan untuk meneliti kawasan rempah Maluku Utara.

Tumpukan pala yang sudah diambil bijinyaDok. KOMPAS.com/Pythag Kurniati Tumpukan pala yang sudah diambil bijinya

Sekretaris Daerah (Sekda) Halmahera Utara Erasmus J. Papilaya mengakui bahwa Halmahera Utara memiliki potensi rempah yang besar.

"Unggulan dari Halmahera Utara adalah pala. Kita juga memiliki varietas pala dukono yang sedikit berbeda dari yang lain dan telah mendapatkan sertifikat dari Kementerian Pertanian," kata Erasmus, Kamis.

Baca juga: Benefit Beasiswa Unggulan 2023 Kemendikbud Ristek, Dibuka 3 Agustus

Selama ini, kata dia, masyarakat di Halmahera Utara masih menjual pala dengan cara konvensional.

"Warga masih memetik buah dijual ke pedagang, ada yang sebagian kecil yang sudah memanfaatkan untuk manisan dan minyak atsiri, namun masih dalam skala kecil," katanya.

Sinergi dengan perguruan tinggi diharapkan bisa mengembangkan potensi pala sehingga berdampak ke kesejahteraan masyarakat dan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Salah satu mahasiswa KKN UGM, Syamil Maududi mengungkapkan mayoritas masyarakat setempat hanya memanfaatkan biji dan salut biji atau fuli pala. Sedangkan daging buah belum dimanfaatkan secara optimal.

"Kami kemudian membuat produk-produk olahan pala, salah satunya adalah selai pala dari daging buah pala untuk meningkatkan nilai ekonominya," ungkap dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com