Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cegah Radikal di Kampus, Pakar Unsri Usul Bentuk Satgas Anti Radikalisme

Kompas.com - 31/07/2023, 16:16 WIB
Dian Ihsan

Penulis

Terutama kepada mereka yang diduga, berpotensi ataupun sudah pernah melakukan tindakan yang mengarah pada radikalisasi.

"Monitoring dilakukan melalui pemantauan kegiatan kelompok mahasiswa. Misalnya kalau ada kegiatan diskusi di musala atau masjid di area kampus, kita harus pastikan aman. Caranya dengan meneliti narasumber yang diundang, melihat rekam jejaknya," jelas Prof. Alfitri.

Langkah ini seiring dengan kebijakan yang dilakukan Kemendibukdristek. Sebelumnya, Direktur Kelembagaan Ditjen Dikti-Ristek Kemendibudristek Dr. Lukman mendorong agar Asosiasi Masjid Kampus Indonesia (AMKI) mampu mencegah berkembangnya paham radikalisme di kampus.

"Kehadiran AMKI diharapkan dapat mencegah berkembangnya radikalisme di kampus," kata Lukman beberapa waktu lalu.

Catatan saja, saat ini terdapat sebanyak 4.231 perguruan tinggi di Indonesia dengan jumlah mahasiswa hampir 9 juta orang. Dari jumlah itu, sebanyak 6,5 juta orang atau 80 persennya merupakan mahasiswa Muslim.

Baca juga: Biaya Hidup Mahasiswa Yogyakarta, Solo, Semarang, Mana Lebih Murah?

"Saat ini ada beberapa paradigma, masjid kampus itu berpotensi melahirkan radikalisme. Kami saat ini ingin menegaskan di masjid kampus itu justru bukan jadi radikal, tapi masjid kampus ini adalah pusat karakter, pengetahuan, dan peradaban," tutur Lukman.

Urus radikalisme bukan tugas yang mudah

Prof. Alfitri mengakui, mengurus isu radikalisme di kampus bukanlah tugas enteng. Pasalnya, tak hanya di dalam kampus, agar efektif, pemantauan juga mesti dilakukan di luar kampus.

Karena bisa jadi mahasiswa terlibat dengan kelompok radikal dengan orang-orang di luar masyarakat kampus. Jika terjadi di luar kampus, maka kerja sama dengan unsur pemerintah dan aparatur pun menurutnya harus dilakukan.

Dari pengalaman yang ada, Prof. Alfitri pun berpendapat, cara terbaik dalam menangani isu radikalisasi adalah pencegahan sejak awal dengan cara edukatif.

Misalnya saja dengan pembekalan bernuansa toleransi saat masih berstatus mahasiswa baru atau dalam rangkaian kegiatan penerimaan mahasiswa.

Perhatian Alfitri terhadap isu radikalisasi di kalangan kampus pun dituangkannya dalam pelaksanaan branding fakultas yang dipimpinnya sebagai ‘Kampus Kebangsaan’.

Baca juga: Guru Besar Unsri: PTN-BH Picu Kreativitas Universitas untuk Mandiri

 

Predikat ini diikuti dengan sejumlah agenda yang menjadi kalender akademis FISIP Unsri.

"Pencanangan FISIP sebagai 'Kampus Kebangsaan' sudah launch sejak tiga tahun yang lalu. Tujuannya adalah meningkatkan cinta tanah air di kalangan mahasiswa kami dan meredam unsur radikalisasi masuk ke kampus," jelas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com