Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dosen UM Surabaya: Makan Daging Bangkai Berbahaya, Ini Alasannya

Kompas.com - 09/07/2023, 09:49 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Memakan atau mengonsumsi daging sapi yang sudah jadi bangkai itu berbahaya. Apalagi jika sapi tersebut mati karena penyakit.

Seperti yang terjadi beberapa hari yang lalu ramai kejadian warga meninggal akibat mengonsumsi daging sapi yang sudah menjadi bangkai.

Lebih ironisnya lagi jika ternyata sapi tersebut mati karena terinfeksi penyakit antraks. Tentu ini sangat berbahaya bagi manusia.

Terkait hal itu, dosen Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) UM Surabaya Firman menjelaskan bahwa penyakit antraks adalah salah satu penyakit bakterial zoonosis yang bersifat menular dari hewan pada manusia atau sebaliknya.

Baca juga: Terkait Kasus Antraks, Pakar UGM: Bahaya Menyembelih Ternak Sakit

Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis. Adapun salah satu tanda akibat terinfeksi antraks adalah kulit melepuh berwarna kehitaman.

"Ketika hewan peliharaan seperti sapi terpapar oleh bakteri, jamur atau suatu penyakit menular, dan ketika sapi tersebut mati, bukan berarti penyakit pada sapi tersebut juga ikut mati, justru ketika dagingnya dikonsumsi, maka penyakit tersebut dapat menular ke tubuh kita," ujarnya dikutip dari laman UM Surabaya, Sabtu (8/7/2023).

Ia menjelaskan, daging sapi tentu menjadi sumber protein yang sangat penting bagi tubuh. Namun berbeda jika daging sapi diperoleh dari sapi yang sudah mati bukan karena disembelih.

Misal mati karena sakit atau tanpa sebab yang pasti, maka daging tersebut disebut bangkai. Makan bangkai sangat tidak boleh dan berbahaya.

Adapun hewan yang mati bukan karena disembelih, menyebabkan darah tidak keluar, kemudian darah akan menggumpal memenuhi aliran darah dan otot pada hewan tersebut, akibatnya darah tersebut bisa menjadi media pertumbuhan mikroorganisme yang dapat membahayakan ketika dagingnya dikonsumsi.

Baca juga: 5 Cara Menjaga Kesehatan Gigi

Namun berbeda ketika hewan yang masih hidup disembelih, maka darah akan keluar secara sempurna, karena jantung yang memompa darah masih berfungsi dengan baik.

Ketika sudah mati dan menjadi bangkai, walaupun dilakukan penyembelihan, darah tidak bisa keluar dengan sempurna karena jantung sudah berhenti.

Disinilah kemudian mikroba (bakteri, kuman, jamur dan virus) berkembang sangat cepat.

"Itulah mengapa bangkai akan cepat membusuk, dan tentu bisa dibayangkan apa yang akan terjadi bila daging yang sudah jadi bangkai dikonsumsi," jelasnya.

Ada sebuah hasil penelitian menjelaskan bahwa mikroba yang ditemukan pada ayam segar dengan cara disembelih yaitu sebesar 3,3 x 105 /CFU.

Sedangkan pada ayam yang telah menjadi bangkai ditemukan mikroba mencapai 8,9 x 107 /CFU. Terlihat dari keduanya perbedaan jumlah mikroba yang sangat besar.

Oleh karena itu hewan yang mati bukan karena disembelih, dapat dipastikan banyak mengandung mikroba.

"Jika dikonsumsi tidak saja dapat ditulari oleh penyakit yang sama seperti dialami oleh hewan tersebut, namun juga tubuh kita dapat mengalami penyakit yang lain," katanya.

Maka dari itu ia menegaskan bahwa Kejadian Luar Biasa (KLB) yang menimpa masyarakat Gunungkidul, harus menjadi perhatian semua pihak, terutama masyarakat awam yang tinggal di pedasaan.

Baca juga: Dosen UMY: Retinoblastoma, Kanker Mata Terbanyak pada Anak

Tentu agar mengambil pelajaran apa yang sudah terjadi akibat kurangnya pengetahuan mereka dan juga karena kebudayaan masyarakat yang tidak melarang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com