Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terkait Kasus Antraks, Pakar UGM: Bahaya Menyembelih Ternak Sakit

Kompas.com - 07/07/2023, 21:24 WIB
Albertus Adit

Penulis

Sumber UGM

KOMPAS.com - Di Indonesia masih terjadi penyembelihan hewan ternak yang mati karena sakit. Padahal, hal itu bisa berbahaya jika daging hewan tersebut dikonsumsi.

Apalagi beberapa waktu lalu kasus antraks kembali muncul hingga memakan korban jiwa. Yakni pada awal Juni ada kasus antraks di Gunungkidul DIY.

Adapun pemicunya karena mengonsumsi daging sapi yang mati karena sakit. Untuk itu, perlu upaya dan kesadaran pada masyarakat agar hewan ternak yang sakit dan mati tidak boleh dikonsumsi.

Menurut Pakar Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Dr. drh. Agnesia Endang Tri Hastuti Wahyuni, M.Si., menyembelih bangkai hewan yang mati karena penyakit itu berbahaya.

Baca juga: Di Kuliah Tamu UGM Bahas Limbah Makanan Jadi Biogas

Kesalahan ini menjadi pemicu penyebaran penyakit yang disebabkan oleh bakteri, termasuk penyakit antraks yang tidak hanya dapat menjangkit hewan lainnya, namun juga manusia hingga memunculkan kasus kematian.

"Hewan yang terjangkit tidak boleh dibuka, maka kalau disembelih itu kesalahan fatal karena bakteri sebagian besar ada di darah," ujarnya dalam jumpa pers terkait kasus antraks seperti dikutip dari laman UGM, Jumat (7/7/2023).

Ia menjelaskan, saat darah keluar dan berinteraksi dengan udara, maka terbentuklah spora yang menjadi momok.

Dikatakan, kasus antraks telah masuk ke Indonesia sejak 1884, dan wilayah yang terserang antraks semakin lama semakin banyak dan meluas.

Salah satu penyebab hal ini ialah karena antraks memang merupakan penyakit yang tidak mudah dimusnahkan. Spora yang dihasilkan oleh bakteri antraks, sulit hilang dan bisa bertahan di tanah hingga puluhan tahun.

Ternyata, penyakit antraks yang menyerang hewan, sebenarnya masih bisa ditangani dengan terapi pengobatan. Dengan penanganan yang cepat dan tepat, hewan yang terjangkit bisa tetap hidup dan sembuh dari penyakit tersebut.

Baca juga: 4 Cara agar Tak Gampang Sakit dari Dosen Unesa

"Bisa diobati karena bakteri masih sensitif dengan antibiotik. Untuk pencegahan ada vaksinasi yang perlu diulang setiap enam bulan," jelas dia.

Epidemiolog UGM, dr. Citra Indriani, MPH., menjelaskan, antraks yang menyerang manusia bisa dibagi ke dalam empat jenis, yaitu:

  • antraks kulit
  • antraks saluran pencernaan
  • antraks saluran pernafasan
  • antraks injeksi

Untuk kasus antraks yang paling sering ditemukan di Yogyakarta adalah antraks kulit. Sedangkan kasus antraks saluran pernafasan dan antraks injeksi hingga kini belum pernah ditemukan di Indonesia.

Adapun antraks kulit bisa muncul ketika seseorang menyembelih hewan yang terinfeksi, lalu darah yang keluar kontak dengan kulit yang terdapat luka.

"Gejala awalnya adalah gatal lalu berkembang cepat menjadi luka antraks dan pembengkakan," jelas Citra.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com