Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakar Unpad: Biaya Berobat Gangguan Jiwa Indonesia Rp 87,5 Triliun

Kompas.com - 01/06/2023, 06:19 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Dian Ihsan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Biaya pengobat gangguan jiwa masyarakat Indonesia ternyata cukup besar. Bahkan, angkanya mencapai puluhan triliunan rupiah.

Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran (Unpad), Prof. Irma Melyani Puspitasari memperkirakan, total estimasi biaya langsung tahunan untuk gangguan kesehatan jiwa di Indonesia adalah sebesar Rp 87,5 triliun atau sekitar USD 6,2 miliar.

Prof. Irma memaparkan, angka tersebut merupakan estimasi prevalensi gangguan kesehatan jiwa.

Mencakup gangguan skizofrenia, bipolar, depresi, dan gangguan kecemasan selama setahun.

Lebih rinci, perkiraan biaya langsung tahunan untuk skizofrenia sebesar Rp 1,5 triliun, gangguan bipolar Rp 62,9 triliun, depresi Rp 18,9 triliun, dan gangguan kecemasan Rp 4,2 triliun. 

Baca juga: Dua Tanaman Ini Berpotensi Atasi Gangguan Demensia hingga Alzheimer

Sementara dari jumlah penderita gangguan jiwa, Prof Irma memaparkan angka pada tahun 2018. Ada sekitar 470 ribu orang di Indonesia mengalami skizofrenia.

Selanjutnya, gangguan bipolar, depresi, dan gangguan kecemasan dialami oleh sekitar 19 juta orang di Indonesia.

Data ini, dengan asumsi semua pasien mematuhi perawatan medis dalam setahun.

Dalam penelitian yang dilakukan Prof. Irma dan tim pada 2020, didapatkan hasil bahwa biaya rata-rata pengobatan skizofrenia untuk satu tahun itu sekitar Rp 3,3 juta.

Sementara untuk gangguan bipolar sekitar Rp 17,9 juta, depresi sekitar Rp 1,6 juta per tahun, dan gangguan kecemasan Rp 1,1 juta.

Baca juga: Dosen UM Surabaya: Ini 5 Cara Cegah Anak Speech Delay

Estimasi penghitungan ini didasarkan pada Burden of Disease (BOD) atau cost of illness. Pada studi cost of illness ada beberapa biaya yang dapat diikutsertakan, yaitu biaya langsung, biaya tidak langsung, dan biaya intangible.

"Biaya langsung biasanya berupa biaya obat, biaya konsultasi dokter, dan biaya administrasi. Biaya tidak langsung itu kerugian produktivitas karena tidak bekerja dan juga ada biaya intangible," ucap Prof. Irma mengutip laman Unpad, Rabu (31/5/2023).

Namun, estimasi biaya kesehatan jiwa ini sebenarnya akan lebih rendah.

Alasannya, karena tidak semua individu dengan gangguan jiwa di Indonesia mencari pertolongan untuk kondisinya atau patuh berobat.

Data Riskesdas melaporkan bahwa hanya sembilan persen pasien depresi di Indonesia yang mendapatkan pengobatan.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com