Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjuangan Ria, Gadis Papua yang Sukses Jadi Dokter dengan Beasiswa

Kompas.com - 01/03/2023, 13:29 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Memahami tujuan hidup dan tidak cepat menyerah, menjadi semangat Chorlance Adriana Demetou, gadis asli kelahiran Kabupaten Keerom, Papua untuk menjadi seorang dokter.

Ria, begitu dia disapa, berhasil diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Bengkulu dengan beasiswa Afirmasi Pendidikan Tinggi (ADik) pada tahun 2013 dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek).

Pada tahun 2019, Ria berhasil memperoleh gelar sarjana. Dilanjutkan dengan menyelesaikan pendidikan profesinya yang sempat tertunda karena pandemi pada 2022.

Pada gelaran wisuda Universitas Bengkulu periode ke-98 pada15 Juni 2022 lalu, Ria terpilih sebagai wisudawan Menginspirasi.

Baca juga: Kisah Raeni, Anak Pengayuh Becak Peraih KIP Kuliah, Kini S3 di Inggris

“Kunci sukses saya hingga selesai kuliah di Fakultas Kedokteran ini adalah punya tujuan hidup dan tidak cepat menyerah, mensyukuri apa yang didapat, termasuk saat menerima beasiswa ADik, sebab dari semua pendaftar, hanya sedikit yang diterima," kata Ria dirangkum dari Pusat Layanan Pembiayaan Pendidikan (Puslapdik).

Suka duka saat berkuliah

Sebagai orang Papua yang kuliah di Bengkulu dengan perbedaan bahasa, budaya, bahkan fisik, Ria mengakui mengalami suka dan duka.

Ria Bercerita, saat pertama kali datang ke Bengkulu, banyak yang bertanya, “Kalian di Papua apa makan nasi ngga sih, emang sejadul itukah pandangan terhadap Papua?” tanya Ria sambil tertawa.

Begitu juga saat di jalanan di Bengkulu, ia mengaku menjadi pusat perhatian banyak orang, ditertawakan, dikira orang asing, dan berbagai pandangan lainnya yang cenderung negatif yang menurut Ria sebagai hal yang wajar karena jarang sekali orang Papua di Bengkulu.

Baca juga: Rahasia Izza, Siswa yang Lolos di 10 Kampus Dalam dan Luar Negeri

Pandangan dan penilaian orang Bengkulu terhadap mahasiswa Papua itu, dikatakan Ria, menjadi salah satu alasan beberapa mahasiswa Papua penerima ADik tak kuat menjalani perkuliahan dan kembali ke Papua.

Dari sembilan orang mahasiswa penerima ADik tahun 2013 seangkatan Ria, yang berhasil selesai kuliah hingga wisuda hanya empat orang.

Hal yang sama juga dialami mahasiswa ADik angkatan sebelumnya, dari sembilan orang, hanya tiga orang yang sampai diwisuda.

Padahal, lanjut Ria, pihak kampus termasuk dosennya, sangat memperhatikan kebutuhan mahasiswa Papua penerima ADik.

Bahkan, menurutnya kepedulian para dosen dan pihak kampus terlalu baik.

“Para dosen selalu membantu kami saat punya masalah dalam kuliah dan selalu menawarkan bantuan bila kami punya permasalahan apapun. Istilah saya, kami, mahasiswa Papua merasa punya privilege, punya keistimewaan dibanding mahasiswa lain yang bukan Papua," paparnya.

Untuk kendala bahasa, dikatakan Ria, hampir tidak ada masalah.

Baca juga: Murid Kelas 10 Kreasikan Tenun Jadi Fesyen Milenial, Beromzet Ratusan Juta

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com