Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Psikolog: Toxic Relationship Bisa Terjadi di 4 Lingkungan Ini

Kompas.com - 12/12/2022, 18:26 WIB
Mahar Prastiwi,
Dian Ihsan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Banyak faktor yang bisa menyebabkan seseorang mengalami gangguan kesehatan mental. Salah satunya adalah terjerumus dalam toxic relationship.

Jika diartikan dalam bahasa Indonesia, toxic realtionship mempunyai makna hubungan tak sehat dan berdampak buruk pada kesehatan mental.

Dampak toxic relationship ini menjadi bahasan dalam Mental Health Seminar di Filkom Talk #3 Universitas Brawijaya (UB).

Salah satu pembicara seminar ini Psikolog Ulfa Rahma mengatakan, toxic relationship adalah suatu hubungan yang menyebabkan suatu dampak tidak sehat baik itu bagi fisik maupun bagi kondisi mental seseorang.

Baca juga: Cara Daftar KIP Kuliah untuk SNPMB 2023, Calon Mahasiswa Simak

Toxic relationship bisa terjadi di lingkungan ini

Tidak hanya pada hubungan sepasang kekasih, toxic relationship juga bisa terjadi pada beberapa lingkungan ini, yakni:

1. Lingkungan pertemanan.

2. Lingkungan keluarga.

3. Lingkungan kerja.

Meski tampak sepele, namun dampak-dampak yang diberikan toxic relationship juga terbilang tidak baik bagi kesehatan mental maupun kesehatan fisik.

"Toxic relationship tak hanya disadari oleh diri sendiri," jelas Ulfa seperti dikutip dari laman Universitas Brawijaya, Senin (12/12/2022).

Baca juga: Ketahui 5 Jenis Kecanduan Internet dan Dampaknya

Menurut dia, terkadang ada juga orang yang bisa melihat seberapa toxic relationship dalam lingkungan tersebut.

Jika dilihat dari pengertiannya, toxic relationship memang tidak bisa dibilang suatu hal yang biasa saja.

"Maka dari itu akan lebih baik jika kalian segera keluar dari kondisi toxic relationship jika memang sudah mengetahui adanya suatu hal yang tak sehat lagi," tandas Ulfa.

Menurut Ulfa, saat menjalin hubungan lebih dekat dengan toxic people ada baiknya berikan orang tersebut saran untuk berkonsultasi pada ahli.

Sebab dalam beberapa kasus toxic people kemungkinan besar membutuhkan bantuan psikolog untuk meninggalkan sifatnya.

Sebenarnya tidak masalah jika seseorang merasa berat harus meninggalkan teman atau rekan kerja yang toxic.

Baca juga: Columbia University Pilihan Erina Gudono, Ini 7 Kampus Ivy League

Hanya saja sebaiknya usahakan untuk tetap berkomunikasi dengan teman lain yang tidak toxic.

"Hal ini bertujuan agar kita bisa berbagi cerita atau pandangan yang lebih obyektif," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com