Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakar Gempa UGM: Rentetan Gempa yang Terjadi Tak Saling Berkaitan

Kompas.com - 07/12/2022, 20:43 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Rentetan gempa terjadi di sejumlah daerah di Indonesia pasca kejadian gempa di Cianjur, Jawa Barat.

Gempa bumi terjadi pada Sabtu (3/12/2022) dengan magnitudo 6,4 berpusat di Kabupaten Garut.

Baca juga: Rektor Minta Lulusan Unair Jangan Minder

Gempa Bangkalan dan Kabupaten Gunung Kidul terjadi pada Minggu (4/12/2022) malam. Lalu disusul gempa di Jember dengan magnitudo 6,2 beserta gempa lain-lainnya.

Lantas apa kata pakar soal gempa beruntun akhir-akhir ini?

Pakar Gempa dan Dosen Teknik Geologi UGM, Dr. Gayatri Indah Marliyani mengaku, gempa Cianjur tidak memicu gempa yang terjadi di wilayah lain di Indonesia.

Menurut dia, kejadian gempa yang terkait dengan kejadian gempa di Cianjur hanya rentetan gempa susulan yang terkonsentrasi di sekitar daerah episenter dengan frekuensi dan magnitudo yang semakin mengecil.

Kejadian gempa di Probolinggo, kata dia, terkait dengan aktivitas sesar aktif Probolinggo yang berada di darat, sementara gempa Garut berkaitan dengan proses subduksi.

"Gempa Garut tersebut terjadi pada zona intraplate lempeng IndoAustralia yang menyusup di bawah pulau Jawa. Sementara itu, gempa di Jatim berada pada zona prisma akresi di zona subduksi Jawa bagian timur," ucap dia dikutip dari laman UGM, Rabu (7/12/2022).

Melihat dari jenis kegempaan dan lokasi sumber gempanya, dia menjelaskan gempa-gempa tersebut tidak berkaitan satu sama lain.

Baca juga: Ketahui 10 Portofolio yang Disiapkan untuk Daftar SNBP 2023

Wilayah di sepanjang zona subduksi seperti sepanjang lepas pantai barat Sumatra sampai Lombok memang berada pada daerah tektonik aktif, sehingga banyaknya kejadian gempa bumi di sekitar wilayah ini sebagai sesuatu yang wajar.

"Gempa yang terjadi adalah fenomena alam yang terjadi akibat pelepasan energi ketika tubuh batuan kerak bumi retak, patah, dan bergerak akibat tekanan yang berasal dari pergerakan lempeng-lempeng tektonik di bumi," ujarnya.

Dia melihat di wilayah Indonesia terdapat banyak lempeng-lempeng tektonik yang saling bertabrakan, antara lain lempeng Indo-Australia, Eurasia, Pasifik, Filipina dan beberapa lempeng lainnya.

Lempeng-lempeng ini bergerak dengan kecepatan sekitar 4-7 cm per tahun, sehingga pada batas-batas tumbukan lempeng ini, energi dari pergerakan tersebut terakumulasi, menyebabkan terjadinya retakan dan pergerakan patahan yang disertai dengan peristiwa gempa bumi.

Rentetan gempa yang terjadi di seluruh wilayah Indonesia ini merupakan fenomena alam.

Jika diamati maka gempa di wilayah Indonesia setiap hari pasti terjadi, terutama gempa-gempa bermagnitudo kecil (M2-3).

Baca juga: 6 Kota dengan Biaya Hidup Murah, Referensi Kuliah di Luar Negeri

Sedangkan untuk gempa menengah (M4-5) frekuensi kejadian harian juga cukup besar, sedangkan gempa besar (>M5) hampir setiap tahun terjadi di wilayah Indonesia.

"Hanya tidak selalu menimbulkan kerusakan sehingga tidak selalu menjadi perhatian. Adanya peristiwa yang dianggap rentetan oleh masyarakat sebenarnya lebih terkait kepada perhatian masyarakat yang meningkat terhadap kejadian gempa sesudah terjadinya gempa merusak di Cianjur," tegas dia.

Oleh karena itu, dia berpesan masyarakat tidak perlu merasa waswas yang berlebihan.

Fenomena kejadian gempa yang seolah-olah meningkat akhir-akhir ini, sambung dia, lebih dikarenakan kecepatan pertukaran informasi dan perhatian masyarakat yang meningkat pasca terpicu kejadian gempa Cianjur yang banyak menimbulkan korban jiwa.

Baca juga: 5 Posisi Pekerjaan yang Banyak Dicari Perusahaan Versi JobStreet

Meski begitu, dia mengingatkan pentingnya kesadaran masyarakat Indonesia untuk selalu menyadari bila sebagian besar dari mereka tinggal di wilayah rawan gempa bumi.

"Masyarakat diharapkan tetap meningkatkan kewaspadaan, sehingga semuanya akan lebih siap untuk menghadapi berbagai kemungkinan yang terjadi," pungkas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com