Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 25/11/2022, 13:00 WIB
Fransisca Andeska Gladiaventa,
A P Sari

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Bagi sebagian siswa, matematika menjadi salah satu mata pelajaran yang “menakutkan”. Pasalnya, siswa harus mengerti dan hafal simbol, aturan operasi, konstanta, hingga rumus.

Pelajaran tersebut juga hanya berisi angka dan lambang, sehingga lebih susah untuk diingat jika dibandingkan dengan kata-kata atau kalimat.

Selain itu, matematika kerap kali dianggap sebagai pelajaran yang membosankan karena dinilai abstrak dan tidak akan digunakan di kehidupan nyata.

Padahal, pelajaran matematika penting untuk perkembangan anak dan menjadi bekal paling berharga untuk menyelesaikan beragam masalah saat dewasa nanti.

Baca juga: Bantu Anak Belajar Matematika dan Bahasa Inggris, Kumon Agendakan Kelas Coba Gratis

Dengan demikian, kemampuan matematika tidak hanya penting untuk kepentingan akademis, tetapi juga perkembangan pola pikir.

Hal ini dibuktikan oleh riset yang dilakukan oleh Dr Tanya Evans dari Universitas Stanford pada 2015. Mengutip dari The Boston Globe, riset yang dilakukan menunjukkan bagaimana proses belajar matematika dapat mendorong perkembangan otak anak.

Dalam hasil riset tersebut, terungkap bahwa anak yang belajar matematika mempunyai perkembangan otak lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak belajar matematika.

Selain itu, anak yang belajar matematika juga memiliki kemampuan kognitif dan kemampuannya mengambil keputusan serta memfokuskan pikiran pada objek tertentu juga lebih baik.

Rendahnya minat belajar siswa terhadap mata pelajaran matematika, bukan semata-mata karena pelajaran tersebut sulit. Bisa jadi, karena metode belajar yang digunakan selama ini tidak sesuai.

Dengan metode yang inovatif dan efektif, minat dan pemahaman anak dalam belajar matematika bisa meningkat, misalnya saja dengan metode belajar Kumon.

Baca juga: Cara Meningkatkan Kemampuan Literasi Matematika dan Membaca Siswa

Sebagai informasi, Kumon merupakan metode belajar yang telah dikembangkan sejak 1954 oleh seorang guru di Jepang Toru Kumon.

Setiap anak yang bergabung di Kumon akan belajar di kelas kursus sebanyak dua kali seminggu. Sementara itu, pada hari lainnya anak-anak akan diberi tugas untuk belajar di rumah setiap harinya.

Program Coba Gratis dari Kumon berlaku hingga 30 November 2022. Dok. Humas Kumon Indonesia Program Coba Gratis dari Kumon berlaku hingga 30 November 2022.

Tidak hanya itu, setiap anak memiliki durasi belajar yang berbeda-beda, yakni tergantung dengan kemampuan, level pemahaman, banyaknya lembar kerja, dan berbagai indikator lainnya.

Umumnya, setiap siswa akan belajar di kelas selama 30 menit sampai dengan 90 menit atau menyesuaikan dengan kemampuan masing-masing siswa.

Metode Kumon dapat mendorong anak-anak secara mandiri dalam mengerjakan lembar kerja dan membuatnya semangat dalam mengulik setiap soal, sehingga tidak putus asa dalam belajar.

Halaman:
Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com