KOMPAS.com - Peristiwa pengkhianatan G-30-S merupakan catatan kelam dalam sejarah bangsa Indonesia. Dalam peristiwa G-30-S, ada sejumlah petinggi Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Darat (AD) dan beberapa korban lainnya gugur.
Namun, dalam pengkhianatan G-30-S, ada salah satu Jenderal Besar Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) yang berhasil lolos dan selamat. Dia adalah Abdul Haris Nasution atau sering disebut AH Nasution.
Lantas, siapa sebenarnya AH Nasution yang menjadi sasaran pengkhianatan G-30-S dan bagaimana beliau bisa selamat?
Dilansir dari laman kebudayaan.kemdikbud.go.id, Kamis (29/9/2022), Abdul Haris Nasution lahir 3 Desember 1918, di Kotanopan, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara.
Baca juga: Bedah Buku Unair: DN Aidit, Pemimpin PKI yang Pernah Jadi Muazin
AH Nasution merupakan seorang anak petani yang bergelut di dunia militer setelah sebelumnya sempat menjadi guru di Bengkulu dan Palembang.
Tahun 1940, ketika Belanda membuka sekolah perwira cadangan bagi pemuda Indonesia, la ikut mendaftar. Selanjutnya, la menjadi pembantu letnan di Surabaya.
Tahun 1942 ia mengalami pertempuran pertamanya saat melawan Jepang di Surabaya. Saat pasukannya bubar, ia lari ke Bandung. Di kota ini ia bekerja sebagai pengawal pamong praja.
Tidak betah dengan pekerjaan sebagai priyayi, tahun 1943 ia masuk militer lagi dan menjadi Wakil Komandan Barisan Pelopor di Bandung.
Selama kariernya di militer, AH Nasution juga dikenal sebagai penggagas Dwifungsi ABRI. Selain konsepsi dwifungsi ABRI, ia dikenal sebagai peletak dasar perang gerilya. Gagasan perang gerilya dituangkan dalam bukunya yang fenomenal, Strategy of Guerrilla Warfare.
Baca juga: Deretan Pahlawan Revolusi yang Gugur Saat Pemberontakan G30S PKI
Selain diterjemahkan ke berbagai bahasa asing, karya itu menjadi buku wajib akademi militer di sejumlah negara. Termasuk sekolah elite militer dunia West Point, Amerika Serikat.
AH Nasution dikenal berani terang-terangan menentang komunis. Pada tahun 1948 ia memimpin pasukan Siliwangi untuk menumpas pemberontakan PKI di Madiun.
la juga aktif menghalangi manuver-manuver PKI, antara lain menentang usul mempersenjatai buruh dan pada awal pemerintahan Orde Baru.
AH Nasution nyaris menjadi korban G30 S PKI dan masuk dalam daftar penculikan. Namun, dia beruntung karena berhasil lolos.
Saat pasukan Cakrabirawa datang 30 September 1965 sekitar pukul 04.00, istri AH Nasution, Johanna Sunarti memintanya agar tidak keluar rumah.
Baca juga: Soal Tim Bayangan Nadiem, Komisi X: Tidak Pernah Dikomunikasikan
Jenderal Nasution kemudian melarikan ke samping rumah diikuti istrinya, adiknya Mardiah. Serta anak bungsunya Ade Irma Suryani yang digendong Mardiah menuju samping rumah.
Nahasnya saat mencoba melarikan diri, Ade Irma Suryani terkena tembakan di bagian punggung. Istri dari AH Nasution meminta dia agar terus melarikan diri menjauh dari rumahnya yang sudah dikepung.
AH Nasution berhasil melompati pagar namun mengalami patah pergelangan kaki saat dia jatuh ke halaman Kedutaan Irak untuk bersembunyi.
AH Nasution terus bersembunyi hingga pasukan Cakrabirawa meninggalkan rumahnya dan akhirnya menjadi salah satu Jenderal Besar yang selamat dalam serangan G-30-S.
Meski selamat dalam tragedi G-30-S, AH Nasution kehilangan puterinya, Ade Irma Suryani yang akhirnya menghembuskan nafas terakhir setelah dirawat di rumah sakit selama beberapa hari.
Beberapa saat setelah peristiwa G-30-S, AH Nasution diangkat menjadi Ketua MPRS. Kemudian tanggal 5 Oktober 1997, bertepatan dengan hari ABRI, AH Nasution yang dikenal taat beribadah itu dianugerahi pangkat 'Jenderal Besar Bintang Lima'.
Selain Nasution, ada dua jenderal yang menyandang bintang lima sepanjang sejarah Indonesia yaitu Soedirman dan Soeharto.
Baca juga: 400 Anggota Tim Bayangan Nadiem Merendahkan SDM Kemendikbud Ristek
Abdul Haris Nasution kemudian tutup usia di Rumah Sakit Gatot Soebroto pukul 07.30 WIB, pada tanggal 6 September 2000.
Demikian profil singkat jenderal besar yang selamat dari serangan G-30-S yakni AH Nasution.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.