KOMPAS.com - Universitas Padjadjaran (Unpad) mendukung perubahan seleksi masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang ditetapkan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek).
Khususnya, mendukung mengenai perubahan materi uji yang hanya menguji potensi skolastik, seperti yang disampaikan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI Nadiem Anwar Makarim beberapa waktu lalu.
Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Unpad Prof. Arief S. Kartasasmita mengungkapkan, ada tiga alasan Unpad mendukung perubahan tersebut. Apa saja alasannya? Berikut penjelasannya.
Pertama, Unpad sudah lama menerapkan tes potensi skolastik untuk seleksi penerimaan mahasiswa baru lewat jalur mandiri.
Tes potensi skolastik sendiri merupakan tes penerimaan mahasiswa baru untuk mengukur kemampuan kognitif yang mencakup penalaran umum dan kemampuan pemahaman.
"Berdasarkan penilaian, mahasiswa yang masuk Unpad dengan hasil UTBK maupun ujian TPS di jalur mandiri memiliki kualitas yang seimbang. Artinya, TPS memang cukup andal untuk digunakan menyeleksi mahasiswa baru," kata Prof. Arief dilansir dari laman Unpad.
Baca juga: Siswa IPA, IPS, Bahasa Bisa Lintas Jurusan di SNMPTN-SBMPTN Skema Baru
Dia menambahkan, tes potensi skolastik lebih efektif menyeleksi berdasarkan potensi calon mahasiswa baru yang sebenarnya.
Dengan demikian, seleksi tidak terbatas hanya pada mata pelajaran tertentu.
Perguruan tinggi juga dapat menjaring mahasiswa baru dengan tidak berdasarkan nilai akademik semasa di SMA/sederajat saja.
Kemampuan peserta yang sesungguhnya bisa saja tidak terlihat dari nilai akademik.
"Misalnya, ada anak-anak yang sesungguhnya cerdas, tetapi karena ada masalah akses ke sekolah yang bagus, atau tidak dapat mengikuti bimbingan belajar intensif, nilai akademik yang didapat tampak rendah, sehingga tidak dapat bersaing dengan anak-anak yang memiliki banyak akses untuk mendapatkan nilai akademik tinggi," papar dia.
Melalui seleksi berbasis skolastik, hal tersebut tidak akan terjadi karena yang diujikan adalah potensi sebenarnya di luar mata pelajaran.
"Dilihat dari azas keadilan, sistem seperti ini akan lebih relevan," ungkap dia.
Alasan kedua, kata Prof. Arief, Unpad adanya potensi masalah saat mahasiswa baru beradaptasi di tingkat awal perkuliahan.
Baca juga: Mengenal Tes Skolastik di SBMPTN 2023, Pengganti Tes Mata Pelajaran
Masalah yang muncul, saat mahasiswa harus mempelajari hal-hal yang semasa sekolah mungkin tidak menjadi perhatian utama mereka.