Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alasan Tes Mata Pelajaran Dihapus pada Seleksi Masuk PTN 2023

Kompas.com - 16/09/2022, 08:37 WIB
Angela Siallagan,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

2. Sangat bergantung pada perkembangan kognitif siswa, maka TPS ini berpotensi menjaring mutiara mutiara terpendam.

"Selain itu, kita menyadari bahwa ada banyak anak didik di negeri ini yang tergolong brilian, tetapi hanya mampu duduk di sekolah dengan fasilitas seadanya. Oleh karena itu, TPS menjadi salah satu upaya untuk menjaring mereka agar mampu menikmati pendidikan tinggi di jurusan yang diinginkan," ujarnya.

Siswa didorong untuk berprestasi di semua mata pelajaran

Moh Abdul juga membagikan beberapa poin penting dari transformasi seleksi masuk perguruan tunggi yang dinilainya dapat membangkitkan semangat bagi siswa.

Ia mengatakan, jalur berbasis prestasi (SNMPTN) maupun jalur berbasis tes (SBMPTN) memiliki tujuan yang sama yakni mengukur potensi siswa untuk belajar hal hal baru di perguruan tinggi.

"Inilah perbedaan dari tahun-tahun sebelumnya," ujarnya.

Ia memberikan contoh, pada seleksi berbasis prestasi yang menjadi poin utama adalah nilai semua mata pelajaran, tak hanya mata pelajaran tertentu.

Baca juga: 6 Jurusan Kedokteran Gigi Terbaik Indonesia 2022 dan Biaya Kuliah

"Saat ini skor yang dipertimbangkan adalah keseluruhan prestasi siswa lima semester ke belakang, maka yang diukur tidak hanya kontennya saja, bukan seberapa banyak materi yang di hafalkan oleh anak didik, tetapi lebih pada learning attitude (sikap belajarnya)," paparnya.

Oleh karena itu, siswa yang mampu menjaga performanya selama dua tahun setengah,  telah berhasil mendapatkan prestasi nilai tinggi di semua mata pelajaran selama lima semester.

Hal tersebut dapat dikatakan sudah teruji resiliensinya dan sudah memiliki sikap belajar yang sangat positif. Dengan kedua modal tersebut, anak didik akan mampu bertahan dan berkembang di perguruan tinggi.

Abdul mengakui sudah melakukan kajian tersebut di Indonesia, dengan menemukan bahwa siswa-siswa yang menunjukkan prestasi konsisten dan cenderung naik dari tahun ke tahun. Pada umumnya, mereka mampu menunjukkan performa akademik dan non-akademik yang cukup menonjol di perguruan tinggi.

“Jadi yang diukur adalah wadahnya, demikian juga dengan seleksi berbasis tes," imbuh dia.

Sistem yang dipakai saat ini tidak lagi fokus pada konten, bukan lagi TKA tetapi pada bakat skolastik. Maka, yang diukur adalah wadah. Itulah sebabnya transformasi terbesar dari kebijakan seleksi tahun ini yakni fokus dari seleksi yang lebih menekankan pada potensi anak.

“Ini menurut saya sesuatu yang patut diapresiasi,” tutup Moh Abdul.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com