Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga BBM Naik, Pakar Unair: Akan Ada Tambahan Orang Miskin Baru

Kompas.com - 13/09/2022, 11:43 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Harga bahan bakar minyak (BBM) naik pada Sabtu (3/9/2022). Kenaikan langsung diumumkan Presiden Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta.

Kenaikan BBM memicu gelombang protes yang masif dari berbagai kalangan masyarakat. Demo dan seruan aksi tidak berhenti digelar di berbagai tempat.

Baca juga: Pakar Unair: Pemberian BLT BBM Subsidi Tidak Sembuhkan Penderitaan

Pakar Sosiologi Universitas Airlangga (Unair), Prof. Bagong Suyanto menyebut, fenomena tersebut lumrah terjadi.

Dia melihat, pemerintah sudah memahami hal tersebut dengan baik, termasuk dampak sosial dari keputusan yang tidak populer tersebut.

"Efek domino harga BBM naik ini kan memicu juga rentetan kenaikan barang kebutuhan hidup sehari-hari masyarakat. Jadi wajar kalau muncul kekhawatiran dan ketidakpuasan kalau harga BBM naik menimbulkan tekanan sosial baru," ucap dia dalam keterangannya, Selasa (13/9/2022).

Hal tersebut terlihat dari bantuan langsung tunai (BLT) yang langsung digencarkan pemerintah.

Menurut dia, pemberian BLT merupakan upaya pemerintah agar tekanan sosial yang terjadi tidak terlalu besar.

Dia menekankan bahwa yang menjadi tantangan adalah bagaimana menjamin kepercayaan masyarakat mengenai distribusi BLT yang merata.

Tentunya, informasi yang terbuka harus dilakukan.

"Yang dikhawatirkan, program bansos tidak banyak berdampak, karena logika pemerintah kayaknya membayangkan kalau masyarakat itu kondisi ekonominya nol, lalu diberi Rp 600 ribu, dan katakanlah plusRp 600 ribu. Tapi masalahnya, bagaimana kalau masyarakat minus?" tegas Dekan FISIP Unair ini.

Baca juga: Perubahan Aturan Seleksi Masuk PTN 2023, Calon Mahasiswa Wajib Tahu

Dampak harga BBM naik

Selain masalah distribusi, Prof. Bagong juga bicara perihal kemanfaatan.

Dia mengaku, distribusi yang tepat sasaran belum tentu tepat manfaat.

Apalagi, dampak sosial dari putusan tersebut akan meningkatkan golongan orang miskin baru.

Tentunya, sebut dia, banyak masyarakat yang harus beradaptasi dengan kondisi tersebut.

"Untuk kelompok yang kita sebut sebagai kelompok near poor, dekat dengan kemiskinan, gejolak harga membuat mereka bukan tidak mungkin akan menjadi orang miskin baru," jelas dia.

Halaman Berikutnya
Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com