Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Sutawi
Dosen

Guru Besar Universitas Muhammadiyah Malang

Malu Aku Jadi Profesor di Indonesia

Kompas.com - 06/08/2022, 07:10 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

GURU besar (profesor) merupakan jabatan akademis tertinggi seorang dosen di perguruan tinggi (PT). Bagi seorang dosen, menjadi profesor adalah gabungan antara ambisi, prestasi, gengsi, sensasi, dan ekonomi.

Keberadaan sejumlah guru besar merupakan salah satu penentu kualitas, kemajuan, dan wibawa sebuah PT. Semakin banyak jumlah guru besar, semakin baik kualitas PT dan semakin bertambah kepercayaan publik.

Karena itu, semua PT saat ini berlomba-lomba mendorong para dosen untuk mencapai jabatan guru besar.

Statistik Pendidikan Tinggi 2021 mencatat hanya 7.192 (2,25 persen) dosen yang bergelar profesor dari sebanyak 320.052 dosen di Indonesia. Jumlah tersebut sangat jauh di bawah jumlah ideal profesor di Indonesia sebanyak 10 persen.

Baca juga: ”Harga” Dosen Naik, Peringkat Universitas Turun

Setiap dosen seharusnya bercita-cita menjadi guru besar, tetapi kenyataannya tidak demikian. Banyak dosen, yang meskipun sudah mendekati usia purna tugas, masih berpendidikan magister (S2).

Banyak pula dosen yang sudah berpendidikan doktor (S3) dan pada jabatan lektor kepala, tetapi enggan menulis jurnal internasional bereputasi sebagai syarat utama pengajuan guru besar.

Aneka jenis dosen dan profesor

Berdasarkan motivasinya, dosen PT di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi enam (Sutawi, 2006).

Pertama, dosen akademis. Dosen kelompok ini aktif mengumpulkan prestasi-prestasi akademis, sehingga kepangkatan dan jabatan fungsionalnya cepat naik dan berhasil menjadi guru besar pada usia relatif muda (sebelum 50 tahun).

Kedua, dosen politis yang senang mengejar jabatan-jabatan struktural baik di lingkungan perguruan tinggi maupun di luar kampus. Dosen kelompok ini merasa terhormat jika memegang jabatan struktural.

Ketiga, dosen sosialis yang menjadikan profesi dosen sebagai status sosial yang bergengsi di masyarakat.

Umumnya dosen sosialis telah memiliki status ekonomi yang mapan dari sumber pendapatan lain yang lebih banyak, sehingga yang mereka butuhkan adalah status sosial.

Keempat, dosen kapitalis yang berusaha memperbanyak kekayaan finansialnya baik melalui kegiatan akademis, politis, maupun bisnis, dengan memanfaatkan nama PT-nya. Tidak jarang mereka juga melakukan kegiatan bisnis dengan/dan di lingkungan PT-nya.

Kelima, dosen selebritis yang pandai menganalisis fakta dan mengolah kata-kata, serta sering tampil di berbagai media diskusi, debat publik, seminar, talk show, dan sejenisnya.

Keenam, dosen agamis yang menjadikan profesi dosen demi pengabdian dan ibadah kepada Tuhan. Aktivitas utama mereka adalah mengajar demi mengejar pahala surga.

Dari keenam kelompok dosen tersebut, dosen akademislah yang paling mudah didorong dan diharapkan menjadi guru besar.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com