KOMPAS.com - Penyandang disabilitas masih dipandang sebelah mata oleh banyak pihak. Dengan keterbatasan yang dimiliki, Penyandang disabilitas dianggap tidak mampu melakukan kegiatan seperti non disabilitas.
Padahal, penyandang disabilitas juga manusia biasa yang juga memiliki potensi untuk berkembang.
Baca juga: Sosok Michael Agung, Lulus Kuliah dari ITB dengan Nilai IPK 3,99
Hal ini yang dirasakan penyandang disabilitas tunanetra Aris Yohanes Elean.
Pria kelahiran pemalang ini, tak menyerah hadapi rintangan untuk manggapai cita-cita menjadi programer.
Dia pun bercerita, kesukaan mengotak-atik bahasa pemrograman ini berawal saat dirinya mengenyam pendidikan dasar di Sekolah Luar Biasa (SLB) Pembina Tingkat Dasar pada tahun 1996.
Di sekolah itu, terdapat komputer khusus yang memiliki fitur pemrogaman.
"Karena ada situ program di situ, saya bisa bikin yang baru dari hal belum ada. Mulai dari itu saya senang sekali. Sehingga saya mulai sendiri komputer yang biasa, penasaran kepada komputer yang biasa. Ternyata saya cepat memahami, saya tanya-tanya teman yang terlebih dahulu menggunakan," ucap dia dalam keterangannya, Rabu (3/8/2022).
Dengan minat itu, pria yang pernah menjadi pengajar komputer bicara bagi tunanetra ini mengikuti program dari Yayasan Mitra Netra yang saat itu masih di wilayah SLB tersebut.
Meskipun begitu, Aris mengaku lebih sering mempelajari secara otodidak bahasa pemrograman.
Menurut dia, saat ini tuna netra tidak hanya bisa menggunakan komputer khusus, seiring perkembangan zaman dan teknologi penyandang tunanetra bisa menggunakan komputer biasa.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.