KOMPAS.com - Salah satu kunci menjaga tubuh tetap sehat di masa sekarang dan masa yang akan datang adalah mendapat asupan nutrisi yang seimbang.
Menjaga kesehatan sejak dini merupakan investasi yang berharga sehingga saat memasuki lanjut usia bisa berdaya guna, sehat, aktif, dan mandiri.
Rumah Sakit Nasional Diponegoro (RSND) Universitas Diponegoro (Undip) dan Prodi Gizi Klinis Undip bekerja sama dengan Forum Kota Sehat Semarang menggelar Workshop dan Pembinaan Kader Posyandu Lansia dalam rangka Hari Gizi Nasional Tahun 2022 dengan tema "Penapisan Risiko Malnutrisi pada Lansia".
Baca juga: Unesa Evaluasi UTBK 2022, Ini Kesalahan yang Sering Dilakukan Peserta
Spesialis Gizi Klinis Universitas Diponegoro (Undip) dr. Etisa Adi Murbawani mengatakan, faktor yang memengaruhi kesehatan lansia antara lain:
"Bertambahnya usia berhubungan erat dengan penurunan fungsi organ pada lansia dan perubahan organ sering menyebabkan lansia mengalami kurang gizi," terang Etisa seperti dikutip dari laman Undip, Rabu (25/5/2022).
Baca juga: Universitas Prasmul Buka Lowongan bagi Lulusan S1, Segera Daftar
Menurut dia, gejala dan tanda ketika lansia mengalami malnutrisi antara lain:
1. Penurunan berat badan
2. Hilangnya massa otot
3. Hilangnya lemak subkotan atau di bawah kulit
4. Bengkak akibat terkumpulnya cairan tubuh pada bagian tertentu
5. Kelemahan
6. Kelelahan
7. Mudah sakit.
Selain itu, ada faktor yang memengaruhi asupan makan lansia yakni:
Baca juga: Mahasiswa Unnes Juara Nasional Gagas Kapal Ikan Ramah Lingkungan
Dokter Spesialis Gizi Klinik RSND Undip dr. Annta Kern Nugrohowati menambahkan, status gizi usia lanjut harus dipantau. Karena berdasarkan data sebanyak 59, 2 persen berisiko mengalami malnutrisi. Sebanyak 37,6 persen tidak berisiko malnutrisi, dan 3,2 persen mengalami malnutrisi.
"Malnutrisi merupakan kondisi ketika terjadi ketidakseimbangan, baik itu kekurangan atau kelebihan, nutrisi di dalam tubuh seseorang," imbuh Annta.
Pemantauan status gizi usia lanjut dapat dilakukan pada saat pelaksanaan kegiatan Posyandu Lansia dan diperlukan untuk menentukan apakah terdapat risiko malnutrisi.
Tujuannya untuk skrining adanya risiko malnutrisi, mencegah peningkatan angka kesakitan dan kematian. Serta menentukan tatalaksana lebih lanjut apabila terdapat risiko malnutrisi.
Baca juga: PT Tata Udara Nasional Buka Lowongan Kerja bagi S1, Yuk Daftar
Pemantauan status gizi usia lanjut dengan pengukuran berat badan dan tinggi badan. Setelah didapatkan hasil pengukuran Tinggi Badan dan Berat Badan.
"Selanjutnya dilakukan perhitungan Indeks massa Tubuh atau IMT. IMT adalah perbandingan antara berat badan dan tinggi badan," tutup dr Annta.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.