Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rencana Elon Musk Akuisisi Twitter, Ini Pandangan Dosen Unair

Kompas.com - 18/05/2022, 14:17 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga (Unair) Febby Risti Widjayantomemberikan tanggapan terkait rencana Elon Musk yang bakal mengakuisisi Twitter.

Menurut dia, rencana tersebut bukan hal yang mengejutkan.

Baca juga: Kisah Zahra, Mahasiswa ITB Peraih IP 3,81 dengan Segudang Kesibukan

Sebagai orang terkaya di dunia dengan latar belakang teknik, melirik media sosial populer seperti Twitter barangkali sejalan dengan misi Elon Musk.

Selama ini Elon Musk dikenal sebagai insinyur yang sukses mengejawantahkan ide-idenya melalui pengembangan teknologi, seperti Tesla, SpaceX, dan Neuralink.

Sebagaimana 3 perusahaan yang dijalankannya, dia memiliki visi besar untuk mewujudkan solusi bagi masalah-masalah kemanusiaan dan lingkungan.

Elon Musk pula menjadi arsitek produk teknologi yang dijalankannya.

"Sehingga, mengakuisisi Twitter tidak jauh berbeda dengan misinya meluncurkan produk-produk sebelumnya yang ditujukan untuk mengatasi masalah sosial dan lingkungan, namun kali ini misinya berhubungan dengan kebebasan berpendapat," kata dia melansir laman Unair, Rabu (18/5/2022).

Meski demikian, Dosen Ilmu Politik itu menyatakan maksud pembelian Twitter oleh Elon Musk belum cukup jelas.

"Tidak bisa dipastikan (akuisisi Twitter oleh Elon) apakah betul-betul berkontribusi pada kebebasan berpendapat seperti yang selama ini dia katakan karena arti dari kebebasan berpendapat sendiri memiliki penafsiran yang beragam," ungkap dia.

Baca juga: 15 SMA Terbaik di Jatim Versi Nilai UTBK 2021, Acuan PPDB 2022

Untuk itu, Febby tidak yakin akuisisi Twitter oleh Elon akan memberikan dampak positif bagi ekosistem Twitter.

"Saya tidak yakin karena sejak isu Elon Musk akuisisi Twitter berhembus, sebagian tim yang bekerja di Twitter justru merasa cukup bimbang karena selama ini mereka berusaha sekuat tenaga untuk menjaga sistem moderasi di Twitter," jelas dia.

Belajar dari pengalaman sebelumnya, kata Febby, Twitter memiliki sisi gelap tersendiri, terutama pada momen politik tertentu.

Hal itu menimbulkan ketegangan sosial, sehingga mengubah Twitter menjadi ruang yang penuh dengan cacian, pelecehan, kabar bohong, dan kekerasan.

Elon Musk bisa dominasi Twitter

Kemudian, Febby mengatakan bahwa dampak positif dari akuisisi itu dapat dirasakan, jika Twitter menjadi ruang sehat bagi dialog publik sehingga tercipta iklim demokrasi.

Namun, hal itu akan sulit, karena perusahaan teknologi selalu terikat dengan misi pemiliknya yang dalam banyak hal juga tidak selalu sejalan dengan demokrasi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com