Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 25/04/2022, 14:43 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Mahasiswa berprestasi nasional IPB, Imam Nuryaman menyampaikan pendapatnya terkait mudik.

Dia mengaku, lebih memilih untuk berfokus pada penelitiannya dan berkomunikasi dengan keluarganya di Tasikmalaya secara daring.

Baca juga: Benarkah Darah Lobster Bening? Ini Kata Pakar IPB University

Langkahnya itu berbeda dengan mahasiswa lainnya yang sudah mempersiapkan diri untuk mudik sejak jauh-jauh hari.

Dia melihat, para mahasiswa berusaha berhemat agar dapat memiliki tiket pulang. Namun, beberapa mahasiswa berkesempatan memperoleh manfaat program mudik gratis dari kampus maupun penyelenggara lain.

Di menilai, alasan tertinggi kaum milenial pulang kampung bukan sekedar untuk ketemu orangtua.

Ada juga tekanan kerja di ibukota dan peralihan kegiatan menjadi serba digital dinilai tidak begitu sehat bagi kesehatan mental.

"Fenomena ini mulai hits sejak pandemi kemarin dimana kasus mental health semakin tinggi. Tidak sedikit dari teman-teman mahasiswa yang mengalami mental issue. Mungkin karena adanya tekanan akademik, banyak tekanan jauh dari orangtua, dan sebagian besar orientasi kami memang ke sana yakni mudik ke kampung halaman untuk healing," kata dia melansir laman IPB, Senin (25/4/2022).

Imam menyebut, dengan kembalinya ke kampung halaman juga menjadi momen untuk menguatkan relasi sosial antara kerabat.

Kesempatan mudik kali ini juga dimanfaatkan sebagai liburan. Terlebih lagi desa kreatif dan tujuan pariwisata semakin berkembang.

Hal ini memberikan alternatif opsi untuk healing demi menghindar sejenak dari sibuknya perkotaan.

Baca juga: Kawasan IKN Berpotensi Krisis Air Bersih, Ini Tanggapan Pakar Unair

Imam juga berpendapat mahasiswa selaku generasi milenial setidaknya memiliki dua prinsip untuk membantu masyarakat menjaga kelancaran mudik.

Pertama atas prinsip Tri Dharma Perguruan Tinggi dengan melakukan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

Kedua, sebagai fungsi sosial yakni sebagai agen perubahan, penerus bangsa, dan kontrol sosial.

"Kita mempunyai tanggung jawab sosial yang melekat di mahasiswa. Saya sarankan kepada mahasiswa semuanya untuk mengimplementasikan tanggung jawab sosial, yaitu mengabdi. Tidak hanya itu, fungsikan sosial kontrol kita agar bisa menjadi relawan untuk mengingatkan terkait protokol kesehatan, dengan pendekatan yang humanis dan lebih sopan," jelas dia.

Menariknya, kata dia, IPB memiliki program IPB Goes to Field yang dilakukan bersamaan dengan masa mudik kali ini. Pada masa libur sekitar dua minggu, mahasiswa IPB diarahkan untuk mengabdi di kampung halamannya.

Salah satu bentuk kegiatan dari IPB Goes to Field adalah mengoptimalkan implementasi protokol kesehatan di kampung halaman masing-masing bersama para pemuda dan karang taruna desa.

Baca juga: 6 Tips Ajari Anak Puasa Sejak Dini dari Dokter Spesialis Anak RSA UGM

"Program ini sudah dilakukan 2 tahun sebelumnya. Keterlibatan masyarakat diperlukan, bukan hanya mahasiswa saja. Selaku agen milenial dan zilenial bisa turut berkontribusi mengabdi sebagai bentuk tanggung jawab mahasiswa dan insan terdidik. Generasi muda juga dapat berperan penting untuk mengatasi penyebaran berita hoaks di kala mudik," tukas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com