Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dosen ITS: Hujan Es Berbahaya bagi Lingkungan dan Kesehatan

Kompas.com - 24/02/2022, 18:05 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Dian Ihsan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Fenomena hujan es di Kota Surabaya yang terjadi Senin (21/2/2022) lalu mempengaruhi kualitas udara ambien.

Udara di Surabaya dan sekitarnya menjadi tercemar akibat fenomena yang sempat viral dimedia sosial tersebut

Kepala Departemen Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Arie Dipareza Syafei mengimbau masyarakat agar tidak panik menghadapi fenomena hujan es.

Ia menjelaskan, hujan es sebenarnya memiliki kandungan yang tidak jauh berbeda dengan hujan biasa.

“Hanya berbeda bentuk, yang satu air, yang satu padat,” katanya, dilansir dari laman ITS.

Baca juga: ITS Tak Buka Seleksi D4 di SNMPTN dan SBMPTN, Gunakan 3 Jalur Mandiri

Meski demikian, Arie membenarkan bahwa hujan es bukan sekedar membawa partikel debu saja.

Material lainnya berupa polutan bersumber dari atmosfer juga ikut terbawa.

Dia mengungkapkan hujan es juga mengandung gas-gas emisi di antaranya nitrogen dioksida, sulfur dioksida, dan karbon monoksida.

Lelaki yang menekuni bidang pencemaran udara dan perubahan iklim ini menambahkan, hujan memang membawa polutan karena zat-zat emisi dari bumi akan bertumbukan dan menempel dengan droplet air yang ada di atmosfer.

“Dalam kasus hujan es, campuran air tersebut mengalami kristalisasi akibat pergerakan udara yang mempengaruhi suhu,” tambah Arie

Hal yang harus diwaspadai menurut Arie adalah sebaran polutan yang meluas. Sebab hujan es biasanya disertai angin kencang.

Tak hanya itu, turbulensi angin juga akan mempercepat proses pengenceran polutan.
Dengan kata lain, gugus-gugus emisi yang ada dalam hujan es akan terdispersi secara lebih cepat dan luas.

Baca juga: 8 Jurusan Langka S1 di Indonesia yang Prospek Kerjanya Tinggi

Peraih gelar doktoral di Universitas Hiroshima ini menambahkan, ketika angin bergerak lurus secara horizontal, polutan yang ada di dalam hujan es berpotensi terbawa ke wilayah lain yang ada di dekatnya.

“Seperti kemarin, fenomena hujan es tidak hanya terjadi di Surabaya, tapi dikabarkan juga terjadi di Madiun, Nganjuk, hingga Kediri,” ungkapnya.

Arie berharap, pengalaman menyaksikan hujan es membuat masyarakat lebih berhati-hati dan teredukasi.

Masyarakat harus sadar bahwa dalam bongkahan hujan es tersebut terkandung senyawa polutan yang tidak ramah bagi lingkungan dan kesehatan.

“Jangan mentang-mentang hujan es, dipakai untuk minum es teh,” candanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com