Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahasiswa S3 ITB Teliti Rumah Majapahit Trowulan

Kompas.com - 21/01/2022, 08:41 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Meski dikenal sebagai kampus teknik, Institut Teknologi Bandung (ITB) ternyata juga mengkolaborasikan penelitian ilmiah dengan budaya yang ada di masyarakat sekitar.

Seperti yang dilakukan Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK) ITB telah mengembangkan inovasi dalam penelitian pelestarian cagar budaya.

Tentu terkait dengan perencanaan dan perancangan arsitektur, serta penyusunan kebijakan terkait.

Baca juga: Mahasiswi UNY Inovasi Dompet Anti Maling dari Bahan Ini

Adapun penelitian dilakukan oleh Mahasiswa Program Doktor Arsitektur ITB Catrini Pratihari Kubontubuh, di bawah bimbingan Prof. Dr.-Ing. Ir. Widjaja Martokusumo selaku Ketua Kelompok Keahlian Perancangan Arsitektur.

Catrini memilih kawasan ibu kota Majapahit di Trowulan, Jawa Timur, untuk menjadi salah satu topik penelitiannya.

Trowulan adalah ibu kota Majapahit, kerajaan terbesar zaman dahulu yang berdiri pada 1293. Trowulan terletak sekitar 50 kilometer barat daya dari Kota Surabaya, Jawa Timur.

Sejak keruntuhan Majapahit pada 1478, Kota Trowulan semakin terbengkalai. Saat ini, sebagian besar obyek cagar budaya berada dalam kondisi tak utuh, bahkan ada yang masih terpendam di bawah lapisan tanah.

"Penduduk Trowulan saat ini merupakan pendatang yang sangat heterogen," ujar Catrini seperti dikutip dari laman ITB, Kamis (20/1/2022).

Menurutnya, permintaan terhadap pelestarian kota sudah dilakukan, tetapi tidak pernah dihiraukan oleh pemerintah. Bahkan seringkali pendapat mereka tidak didengarkan terkait kebijakan pemerintah terhadap kota itu.

Hal ini membuat Catrini tertarik untuk melakukan penelitian di Trowulan. Rumah Majapahit Trowulan yang menarik perhatiannya dan menjadi obyek yang dia pilih dalam penelitiannya.

Baca juga: Mahasiswa ITS Inovasi Peralatan Dapur dari Anyaman Bambu

Dijelaskan, penelitian ini bertujuan untuk pelestarian obyek cagar budaya yang tidak utuh lagi, dan bahkan tidak ada wujudnya lagi di masa kini seperti halnya rumah-rumah dari masa Kerajaan Majapahit di abad ke-13 dan 14. Penelitian ini disebut juga Program Rumah Majapahit.

Program Rumah Majapahit diluncurkan pada 2014. Rekonstruksi rumah dari penelitian yang dimaksudkan bukanlah pembangunan sebuah rumah lengkap, melainkan hanya menambahkan fasad 'autentik' di depan rumah penduduk eksisting.

Dalam program ini penduduk desa ditawari untuk membangun Rumah Majapahit berupa fasad dengan material kayu dan bata merah berukuran 5 x 4 meter persegi.

Program Rumah Majapahit diimplementasikan pada 596 unit rumah secara berkala dalam tiga gelombang yang keseluruhannya dibiayai oleh pemerintah provinsi dan kabupaten.

Namun, kebijakan ini kurang mendapat respons baik dari warga. Bahkan di tahun 2017, rumah banyak yang kosong dan tidak dimanfaatkan oleh penduduk setempat. Lebih parah lagi, ditemukan papan bertuliskan 'Dijual' atau 'Disewakan' di depan beberapa rumah.

Baca juga: Fresh Graduate Perhatikan Ya, Ini Cara Membuat CV Bahasa Inggris

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com