Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/01/2022, 11:25 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Aparat Kepolisian Daerah Jawa Timur (Polda Jatim) telah mengantongi identitas HF, pria yang menendang dan membuang sesajen di Kawasan Gunung Semeru, Lumajang, Jawa Timur.

Berdasarkan keterangan pengacaranya, pemuda asal Lombok Timur akan mendatangi markas Polda Jatim untuk menyampaikan klarifikasinya.

Baca juga: Viral Sesajen Ditendang, Ini Tanggapan Pakar UGM

Kendati demikian, Dosen Prodi Sosiologi Unair Prof. Bagong Suyanto angkat suara.

Menurut dia, pelaku penendang sesajen di Gunung Semeru tidak perlu dilaporkan ke kepolisian.

Bangsa Indonesia, kata dia, perlu belajar memaafkan dan memahami orang yang tidak mengerti.

"Menurut saya tidak perlu memperpanjang masalah ini sampai ke ranah hukum. Bisa dengan kekeluargaan dan terpenting ketika pelaku sudah meminta maaf, maka selesai permasalahannya. Karena menurut informasi yang saya dapat, pelaku tidak berasal dari Lumajang, sehingga mungkin tidak mengetahui adat istiadat setempat," ucap dia melansir laman Unair, Selasa (18/1/2022).

Meskipun demikian, Prof. Bagong tidak membenarkan tindakan tersebut.

Menurut dia, Indonesia adalah bangsa multikulturalisme, sehingga setiap orang perlu menghargai perbedaan.

"HF (pelaku) kan orang luar daerah yang datang ke komunitas lokal (masyarakat Lumajang, Red). Maka dia harus berempati dan belajar memahami perbedaan," jelas dia.

Dia menegaskan, pelaku HF tidak bisa hanya membenarkan tindakannya sendiri dan menganggap yang lain adalah salah.

Baca juga: Putusan Hakim Ringan karena Sopan, Ini Kata Pakar Hukum Unair

"Karena nanti akan ada kelompok-kelompok lain yang tersinggung," ungkapnya.

Lanjut Prof. Bagong menuturkan, hal ini bisa menjadi pelajaran bersama.

"Supaya kita mau mengenal dan memahami ritual dari agama dan kepercayaan lain. Itu penting sebagai bekal hidup di negara yang penuh perbedaan ini," sambung dia.

Prof. Bagong mengatakan, masyarakat boleh saja memercayai dan mengimani suatu keyakinan.

Akan tetapi, mereka tidak perlu menyalahkan atau merendahkan yang lainnya. Cukup dirasakan sendiri tanpa menyinggung keyakinan lain.

Melalui sikap yang demikian itu, maka ke depannya diharapkan tidak akan terulang kejadian serupa.

Hal itu karena tidak ada anggapan salah terhadap kelompok atau keyakinan lain.

Selebihnya yang ada yakni penghormatan dan kesediaan untuk menerima bahwa perbedaan itu ada, seperti pemberian sesajen di beberapa daerah.

Baca juga: 15 Universitas Terbaik Indonesia Versi Webometrics 2022, 5 dari PTS

"Jadi masyarakat harus betul-betul memahami, kita hidup di lingkungan yang beraneka ragam. Sehingga ketika hendak menilai suatu kelompok lain yang berbeda, janganlah memakai ukuran kita sendiri. Kita harus berempati dan bertoleransi dan kuncinya adalah memahami dan menerima segala bentuk perbedaan," tukasnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com