Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fenomena Spirit Doll, Guru Besar IPB: Bukan Hal Baru

Kompas.com - 17/01/2022, 11:58 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Guru Besar Fakultas Ekologi Manusia IPB, Prof. Euis Sunarti menanggapi fenomena spirit doll atau boneka arwah yang belakangan ini ramai diperbincangkan publik.

Menurut dia, fenomena spirit doll bukan hal yang baru. Sebelumnya sudah ada spirit doll, tapi mungkin dulu belum dikemas seperti sekarang ini.

Baca juga: 15 Universitas Terbaik Indonesia Versi Webometrics 2022, 5 dari PTS

Dia menyebut, fenomena spirit doll ini seakan-akan adalah hal yang prestisius, selain harganya yang sangat mahal, penampilannya juga luar biasa.

"Berpakaian elegan (spirit doll), cantik-cantik, dibuat semenarik dan selucu mungkin serta dianggap akan memberikan kekuatan, mendatangkan keberuntungan bagi pemiliknya," kata dia melansir laman IPB, Senin (17/1/2022).

Pakar Ketahanan Keluarga IPB ini menyatakan, fenomena ini akan berdampak luar biasa, baik dari segi agama maupun sosial.

Dari segi agama, yang mayoritas penduduknya muslim di Indonesia, ini sangat bertentangan dengan ajaran Islam. Agama Islam melarang mempercayai adanya kehidupan atau kekuatan dari benda mati.

Demikian juga arwah itu bisa hidup kembali mengisi benda mati, dia mengatakan, itu tidak ada dalam Islam.

Apalagi bagi orang yang memercayai spirit doll, maka dia sudah memercayai kekuatan selain Allah SWT. Jadi bisa dikatakan syirik.

Jadi pada dasarnya, spirit doll itu sama dengan Jelangkung. Karena di kebudayaan Jawa dulu, Jelangkung adalah boneka yang dipercaya sebagai media yang mendatangkan arwah.

"Sedangkan di daerah lain disebut Nini Thowok atau Nini Thowong. Karena adanya kepercayaan di dalam benda mati," jelas dia.

Baca juga: Dosen Psikologi UNS Bicara Dampak Positif dan Negatif Spirit Doll

Dia mengatakan, dalam mitologi Jawa, ada perilaku supranatural menggunakan media visual, seperti boneka, untuk berdialog dengan entitas arwah atau sebagai media sihir.

Hanya saja secara umum dulu spirit doll dikemas seadanya.

Selain memberikan pengaruh pada tataran agama dan sosial, Euis menambahkan, fenomena ini juga berpengaruh terhadap keluarga.

Spirit doll sebagai alat mencari sensasi

Asumsinya adalah tren ini kemungkinan ada faktor lain yang melatarbelakangi para selebriti memelihara spirit doll.

"Salah satunya mencari sensasi, agar namanya dikenal banyak orang dengan ikut-ikutan tren ini. Atau karena dampak negatif dari gaya hidup kelas menengah ke atas yang dinilai kesepian dan ini berkaitan dengan orang-orang yang sangat membutuhkan ketenaran," ungkap dia.

Lanjut dia mengatakan, sebetulnya mereka punya energi untuk mengekspresikan kasih sayangnya tapi tidak ada penyaluran atau tidak berusaha mencari penyaluran secara benar.

Baca juga: 10 PTS Terbaik Indonesia Versi Webometrics 2022

Misalnya, bisa saja menyalurkan kasih sayang ini dengan keluarga, kerabat terdekat atau anak yatim piatu dan anak-anak yang membutuhkan.

Bahkan, bisa saja menyalurkan bantuan untuk para pelajar mahasiswa.

"Orang-orang yang tidak tahu menyalurkan rasa kasih sayang ini sebetulnya adalah orang-orang yang kurang mendapat sentuhan untuk bisa mengekspresikan kasih sayangnya agar tidak merasa kesepian dari keluarganya," jelas dia.

Secara tidak sadar, sambung dia, fenomena spirit doll akan mempengaruhi keluarga dan orang yang di sekitarnya untuk melakukan hal yang sama.

"Makanya jangan mau walau sekedar ikut-ikutan, meski hanya memuji lucunya si boneka atau dengan alasan lainnya. Untuk kasus dimana orang ingin terkenal, merasa kesepian dan sudah masuk ke gangguan mental, itu harus ada keluarga yang mengingatkan dan mempererat kekeluargaannya kembali," tegas dia.

Oleh karena itu, memilih lingkungan yang baik menjadi hal yang penting.

Dan orang itu harus dibukakan banyak alternatif untuk bahagia.

Salah satunya dengan memberikan pemahaman bahwa berbagi itu bisa mendatangkan kebahagiaan selama berbagi itu dengan cara yang Allah SWT perintahkan.

Baca juga: 20 Perguruan Tinggi Terbaik di Indonesia Versi Webometrics 2022

"Selain itu, ada tanggung jawab masyarakat luas dan netizen untuk bisa mengontrol, mengoreksi terhadap pihak-pihak tertentu dengan tidak memuji berlebihan dan jangan sampai jadi budaya baru (spirit doll) yang tidak baik," tukas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com