Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Program Pintar
Praktik baik dan gagasan pendidikan

Kolom berbagi praktik baik dan gagasan untuk peningkatan kualitas pendidikan. Kolom ini didukung oleh Tanoto Foundation dan dipersembahkan dari dan untuk para penggerak pendidikan, baik guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, dosen, dan pemangku kepentingan lain, dalam dunia pendidikan untuk saling menginspirasi.

Asnawi dan Pendidikan Karakter ala Coach Shin Tae Yong

Kompas.com - 09/01/2022, 15:50 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Penulis : Titien Suprihatien | Guru SMPN 11 Batanghari, Jambi

KOMPAS.com - Meski gagal menjadi juaram, keberhasilan Timnas Indonesia melaju ke Final Piala AFF 2020 telah menjadi sumber energi baru yang mampu merekontruksi persatuan bangsa.

Berjuta ekspresi teraktualisasi, semua bergembira dan berdoa untuk kemenangan Indonesia.

Timnas Indonesia yang diperkuat anak muda terbaik bangsa, membelajarkan kita bahwa untuk meraih kemenangan butuh usaha dan kerja keras. Berlatih dengan disiplin tiada malas.

Membangun karakter agar kekuatan menjadi super. Walaupun dianggap underdog namun dapat berlaga tanpa minder.

Permainan yang berlangsung bak drama Korea, mampu menguras emosi pemain dan penontonnya. Ada pendidikan karakter yang dapat kita ambil dari laga semi final piala AFF 2020.

Asnawi Mangkualam, tertangkap kamera ketika mengekpresikan kebahagiaannya atas kegagalan Faris Ramli menjebol gawang Nadeo Argawinata. Tindakan sang kapten mendapat teguran dari pelatih timnas Indonesia Shin Tae Yong.

Pelatih kelahiran Gyeongsangbuk-do, Korea Selatan 11 oktober 1970 ini marah karena semua pemain sepak bola adalah rekan, begitu juga pemain lawan. Faris Ramli yang kecewa atas kegagalannya tak harus dibuat semakin sedih, karena kesedihan itu merusak jiwa.

Pendidikan karakter di lapangan olah raga ini, sangat penting kita maknai, karena sesungguhnya kemenangan terbesar adalah ketika kita mampu saling menghargai, mengelola emosi dan melahirkan ekspresi positif yang menghangatkan setiap manusia.

Rasa dan empati akan menjadi prestasi paling hebat. Lebih hebat dari kemenangan yang berupa angka-angka.

Baca juga: Hasilkan Generasi BEST, BPK PENABUR Jakarta Fokus pada Pendidikan Karakter untuk Hadapi Era Disrupsi

Shin Tae Yong adalah guru, yang harus menanamkan karakter itu kepada anak asuhnya. Asnawi Mangkualam sang kapten adalah siswa yang berhak mendapatkan bimbingan dari gurunya. Dengan coach yang berkarakter Asnawi mangkualam akan semakin kuat dan berjaya.

Pendidikan karakter di sekolah

Tidak berbeda dengan apa yang sudah kita saksikan dari pertandingan babak semi final piala AFF 2020 antara Indonesia melawan Singapura. Setiap guru di sekolah punya kewajiban dan tanggung jawab besar dalam membentuk karakter siswa.

Guru bukan lah guru jika melakukan pembiaran terhadap indisiplin yang dilakukan siswa. Karena karakter itu tidak bisa tumbuh sendiri, harus ada model yang diteladani.

Semua atlet adalah siswa, pembentukan karakter pada diri mereka bermula dari rumah dan sekolah.

Beberapa nilai karakter yang harus dikembangkan untuk calon atlet

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com