Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemendikbud Ristek Targetkan 10.000 Mahasiswa Jadi Peneliti pada 2022

Kompas.com - 16/12/2021, 14:09 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Ditjen Diktiristek) Kemendikbud Ristek berupaya mendorong arah kebijakan riset di perguruan tinggi meliputi Green Economy, Blue Economy, Digital Economy, Pariwisata, dan Kemandirian Kesehatan.

Pelaksana tugas (Plt.) Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Nizam mengatakan untuk mewujudkan transformasi ekonomi berbasis inovasi pihaknya akan mendorong pengembangan inovasi.

Ia mengatakan upaya tersebut sejalan dengan arahan presiden mengenai arah fokus riset nasional dan juga kebutuhan secara nasional untuk membangun Indonesia yang unggul, produktif, dan inovatif.

“Kelima hal tadi yang kebetulan sejalan dengan Rencana Induk Riset Nasional (RIRN) harus kita akselerasi bersama-sama,” jelasnya dalam acara launching Panduan Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat 2022, beberapa waktu lalu seperti dilansir dari laman Kemendikbud Ristek.

Baca juga: Kemendikbud Buka Beasiswa Kuliah Merdeka Belajar, Mahasiswa Yuk Daftar

Penyusunan panduan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat (P2M), terang dia, dilakukan untuk melakukan penyesuaian pelaksanaan P2M di perguruan tinggi sesuai RIRN dan perkembangan regulasi yang ada.

Targetkan 10.000 peneliti mahasiswa

Sejalan dengan program Kampus Merdeka Kemendikbud Ristek, Nizam mengatakan program-program penelitian dan pengabdian kepada masyarakat pun disinergikan dengan program pengembangan talenta inovasi masa depan.

Melalui program Kampus Merdeka seperti riset, mahasiswa membangun desa, atau studi mandiri, Nizam berharap dapat diintegrasikan dengan program-program P2M.

Nizam menyebut ada beberapa hal yang dapat dilakukan mendorong akselerasi riset di perguruan tinggi. Pertama, ia menekankan perlu adanya kolaborasi antara kampus dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan lembaga-lembaga riset di luar perguruan tinggi.

Baca juga: 5 Beasiswa S1 yang Buka Januari 2022, Kuliah Gratis dan Tunjangan

Menurut Nizam untuk menyiapkan pool talenta inovasi dapat dilakukan dengan memanfaatkan program Kampus Merdeka untuk memperkuat riset, atau sebaliknya, memanfaatkan riset untuk memperkuat Kampus Merdeka.

Ia menyebut BRIN siap membuka kesempatan bagi mahasiswa untuk melakukan riset di pusat-pusat riset di berbagai daerah di Indonesia.

“Target kita di tahun 2022, paling tidak ada 10 ribu mahasiswa yang akan menjadi peneliti dan pengabdi pada masyarakat,” ungkapnya.

Kedua, melalui program Pendidikan Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU) juga dapat dimanfaatkan untuk mendorong mahasiswa S-1 yang potensial dapat secara akselerasi melanjutkan ke jenjang S-3 melalui bimbingan para profesor dan peneliti unggul.

Ketiga, Nizam juga menyebut program-program P2M dapat disinergikan melalui program Master dan Doctor by Research. Program ini juga menjadi area untuk menyiapkan para peneliti muda baik dari BRIN, lembaga-lembaga penelitian maupun perguruan tinggi agar bisa agar dapat melakukan riset “leading to Ph.D” yang bekerja sama dengan perguruan tinggi unggul dan pusat-pusat riset nasional.

Adapun skema pendanaan P2M di perguruan tinggi di tahun 2022 dibagi ke dalam 3 skema. Pertama, skema matching fund melalui Kedaireka bagi riset-riset yang sudah siap dihilirisasi ke industri. Kedua, skema kompetisi-kompetisi P2M untuk riset dalam agenda RIRN dan pengembangan keilmuan, dan yang ketiga skema desentralisasi.

Baca juga: 5 Beasiswa S1-S3 dengan Uang Saku Terbesar, Salah Satunya dari Indonesia

Nizam pun berharap agar dalam kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat dapat melibatkan sebanyak-banyaknya mahasiswa.

Selain itu, penelitian juga diharapkan melibatkan dunia usaha dunia industri (DUDI) semenjak dari hulu agar agenda-agenda riset di perguruan tinggi relevan dengan kebutuhan industri.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Wikan Sakarinto menyampaikan terkait dengan panduan penelitian dan pengabdian masyarakat yang telah disusun, ia meminta agar perguruan tinggi vokasi dapat memosisikan diri, bukan untuk memecah dan memisahkan tetapi justru saling mengisi dan menguatkan antara riset-riset vokasi dan riset akademis.

“Ini sangat luar biasa sekali dengan kekuatan teaching factory dan workshop-nya yang lengkap itu, kita nanti bisa arahkan menjadi misalnya tempat produksi untuk small production bersama industri. Riset-riset perguruan tinggi berkolaborasi dengan vokasi juga, nah inikan luar biasa,” katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com