Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Yasnita
Dosen Tetap Universitas Negeri Jakarta

Dr. Yasnita,S.Pd.,M.Si. Dosen Tetap Universitas Negeri Jakarta. Menempuh S1 PMP-KN IKIP Jakarta (2000), S2 Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia (2008), dan S3 Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Pasca Sarjana-Universitas Pendidikan Indonesia (2015). Pernah menjadi Guru SMA Labschool Jakarta (2001-2005), Narasumber Pembelajaran Jarak Jauh TV Edukasi Channel 2 Pustekom Kemdikbud (2008-2010), Dosen Universitas Negeri Jakarta (2005-sekarang), Pimpinan Redaksi Jurnal Ilmiah Sosialita FIS UNJ (2000-2010), Tenaga Peneliti pada Kantor Staf Ahli Mendikbud Bidang Kerjasama Internasional dan Psikologi-Budaya (2009-2014), Satuan Pengawas Internal UNJ (2012-2014), Ketua Divisi Pengabdian Masyarakat Pusat Kajian dan Pengembangan Ilmu-Ilmu Sosial UNJ (2008 – 2012), Ketua Gugus Green Campus FIS UNJ, dan menjadi Trainer Lepas pada Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Mooryati Soedibyo untuk berbagai Pelatihan Komunikasi, serta sebagai Manajer Operasional Hebat Facilitation Training (Lembaga Pelatihan yang bermitra dengan P2KPTK2 Seluruh Wilayah di DKI Jakarta).

PTM dan Jebakan Learning Loss

Kompas.com - 01/11/2021, 07:04 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Pada sisi lain, mereka lebih peka terhadap isu-isu sosial dan lebih berani untuk mengutarakan pendapat dari berbagai informasi yang mereka dapatkan.

Sebagian siswa malah mengatakan, bahwa di masa pandemi ini dapat mempelajari banyak hal tentang cara baru belajar, pola dan cara berkomunikasi yang berbeda serta berbagai pengetahuan baru yang tidak diperoleh di sekolah.

Melalui aktivitas berselancar di dunia maya, siswa juga tertantang mencoba berbagai aktivitas dan kreativitas baru untuk mengatasi kejenuhan.

Bahkan, ada juga orangtua dan guru yang menyatakan bahwa siswa menjadi lebih fokus belajar, karena tidak berada di kelas massal, sehingga lebih tenang. Artinya, stigmalearning loss” tentu tidak dapat digeneralisasi.

Beri siswa kepercayaan

Dengan kebijakan dipilihnya opsi pertemuan tatap muka terbatas, tentu tak bijak membebani siswa dengan stigma kehilangan masa belajar.

Anak-anak kita sudah terlalu lama bertumbuh dalam stigma yang penuh kecurigaan, bahwa mereka tidak belajar, dan ketinggalan pelajaran. Mereka tidak dipercaya.

Valerie Strauss mengatakan, anak-anak akan belajar banyak dan berada pada situasi terbaik ketika orang-orang dewasa percaya pada kemampuan mereka untuk belajar, menciptakan alasan untuk belajar.

Menganggap sekolah sebagai satu-satunya lembaga pendidikan, sesungguhnya sangat bertentangan dengan konsep merdeka belajar yang saat ini sedang digaung-gaungkan. Bahwa siswa dapat belajar di mana saja, dari berbagai sumber, kapan saja, dengan berbagai media.

Evaluasi pembelajaran jarak jauh

Agar tidak terjebak dengan stigma learning loss yang tidak sepenuhnya benar, lebih baik membahas tentang bagaimana meningkatkan kualitas pembelajaran, termasuk pembelajaran jarak jauh.

Menurut hasil survei yang dilakukan oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia, 81,8 persen responden menyatakan bahwa pembelajaran jarak jauh sama dengan memberi tugas, dan siswa tidak menyenangi itu.

Artinya, praktik pembelajaran yang telah dilakukan selama pandemi, harus dievaluasi: apakah telah membuat siswa senang dan tertantang untuk belajar? Apakah guru-guru telah menyajikan pembelajaran yang berkualitas?

Ke depan, dunia pendidikan dihadapkan pada tantangan untuk melaksanakan pembelajaran secara hybrid. Maka, melakukan refleksi dan evaluasi terhadap pembelajaran jarak jauh sangat penting dilakukan.

Baca juga: Gubernur Kaltim Tidak Izinkan PTM jika Cakupan Vaksinasi Pelajar di Bawah 75 Persen

Era ilmu pengetahuan dan teknologi mengingatkan kita, bahwa siswa dapat belajar kapan saja, di mana saja, sebagaimana pemikiran Ki Hajar Dewantara puluhan tahun silam “semua orang murid, semua orang guru, semua tempat adalah sekolah”.  (*Yasnita, Dosen Tetap Universitas Negeri Jakarta)

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com