Oleh: Dwi Umi Siswanti*
MASYARAKAT akademik sempat terhenyak dengan penyataan Mas Menteri Nadiem Makarim beberapa waktu lalu (21/10/2021) yang menyatakan, masih banyak Kepala Prodi yang melanggar Peraturan Kemendikbud Ristek.
Peraturan itu terkait jumlah SKS yang seharusnya ditempuh untuk Mata Kuliah Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yaitu 20 SKS dan tidak harus sesuai dengan prodinya.
Lepas dari peraturan dan kritikan dari Mas Menteri, sejak bulan Maret hingga November nanti Penulis membimbing tiga mahasiswa di Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada dalam melaksanakan perkuliahan MBKM Pengabdian Masyarakat di Wisata Klayar, Desa Kedungpoh, Gunungkidul.
Pada program ini, ketiga mahasiswa mengusung tema “Pelatihan dan Aplikasi Biofertilizer Berbahan Urin di Desa Kedungpoh, Nglipar, Gunugngkidul”. MBKM Pengabdian Masyarakat ini merupakan salah satu mata kuliah yang diselenggarakan Fakultas Biologi UGM sebagai pelaksanaan Permendikbud Ristek Nomor 3 tahun 2020.
Baca juga: Biofertilizer Berbahan Urin, Murah Melimpah dan Bisa Menjadi Harapan Petani
Selain mata kuliah MBKM berbasis pengabdian masyarakat, fakultas ini juga menyelenggarakan MBKM Penelitian, MBKM Magang atau Praktek Kerja, MBKM Wirausaha, MBKM Membangun Desa, MBKM Mengajar di Sekolah dan MBKM Kemanusiaan, masing-masing mempunyai beban 4 SKS.
MBKM Pengabdian Masyarakat ini mempunyai mitra Kelompok Tani Ngudi Makmur. Kelompok tani ini beranggotakan lebih dari 30 orang yang diketuai oleh Kirun.
Wisata Klayar ini merupakan tanah milik Perhutani yang pengelolaannya diserahkan kepada Pokdarwis Wisata Klayar, seperti yang disampaikan anggota Pokdawis Wisata Klayar, Andi.
Saat ini Pokdarwis Wisata Klayar dibantu oleh Kelompok Tani Ngudi Makmur mengelola lokasi ini dengan menyediakan fasilitas outbound, bumi perkemahan dan tempat rehat berupa gazebo-gazebo serta tempat pemancingan dan rumah makan.
Tim MBKM Pengabdian Masyarakat menawarkan alternatif wisata petik sayur organik. Pada awal program, Tim MBKM mendampingi mitra dalam menaman cabai rawit organik dibarengi dengan pelatihan pembuatan biofertilizer berbahan urin ternak dan pestisida organik.
Diharapkan dengan alternatif wisata ini akan banyak pengunjung keluarga yang datang, disamping untuk menikmati alam yang asri juga dapat memetik sendiri cabai rawit organik.
Selama ini Wisata Klayar banyak digandrungi oleh wisatawan remaja karena jalur pencapaiannya yang menarik dan menantang.
Setelah kita masuk Desa Kedungpoh dari arah Nglipar, kita akan dimanjakan dengan pemandangan yang syahdu, kanan kiri jalan ditumbuhi hamparan tanaman kayu putih dan jalan beraspal mulus yang mengikuti kontur perbukitan ala Pegunungan Sewu.
Generasi milenial yang menggandrungi lokasi instagramable akan menemukan surganya di sini. Perjalanan menuju Desa Wisata Klayar sudah sangat memukau, apalagi ketika kita memasuki area wisatanya.
Di sana kita temui deretan tanaman cabai rawit organik di sebelah kiri jalan masuk, sementara sebelah kanan jalan kita nikmati hamparan tanaman bawang merah. Gazebo cantik berbahan bambu berada di pinggiran demplot pertanian organik.