Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

LDBI dan NSDC 2021, Debat Sudah Menjadi Praktik Positif Pembelajar di Sekolah

Kompas.com - 15/10/2021, 10:01 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Kemampuan debat tidak hanya mengasah seseorang untuk mampu berbicara secara fasih di depan publik. Melalui debat, ada banyak hal positif yang dapat ditanamkan, mulai dari kemampuan berpikir kritis, berempati, mentalitas kerja keras, hingga menjadi solusi atas permasalahan yang ada.

Inilah yang kemudian mendorong Pusat Prestasi Nasional (Puspresnas) Kemendikbud Ristek kembali menggelar Lomba Debat Bahasa Indonesia (LDBI) dan National Schools Debating Championship (NSDC).

Dua ajang talenta ini merupakan ajang katalis yang sangat penting untuk melatih dan memberikan pengalaman para siswa berbakat dalam mengaktualisasikan prestasinya di bidang debat.

Ketua Penanggungjawab Program LDBI dan NSDC 2021, Fonda Ambitasari menyampaikan, tujuan digelar kompetisi debat siswa nasional ini tidak semata lomba namun juga bertujuan mengembangkan kompetensi berpikir kritis siswa dan menjadi problem solver di tengah masyarakat.

"Dari tahun ke tahun, antusiasme siswa sangat luar biasa," ungkap Fonda dalam bincang virtual (12/10/2021) yang digelar sebagai bagian dari kompetisi LDBI dan NSDC 2021. 

LDBI yang dilaksanakan tanggal 3-9 Oktober 2021 diikuti 3.207 siswa, sedangkan NSDC dilakukan secara pararel tanggal 11-17 Oktober 2021 diikuti 2.150 siswa dari 34 provinsi dan 7 SILN (Sekolah Indonesia Luar Negeri).

Baca juga: Lomba Debat Nasional Resmi Dibuka, Ajak Siswa Berani Bicara Positif untuk Indonesia

Kemampuan debat merata

Rahmat Nurchayo dari Universitas Negeri Yogyakarta, Koordinator Juri NSDC 2021 menjelaskan debat merupakan bagian dari esensi dari pendidikan dan sudah ada dalam aspek kehidupan.

"Mereka yang mampu memberikan penjelasan paling logis, mereka akan disebut sebagai pemenang dalam lomba," jelas Rahmat.

Ia menjelaskan tahun ini ada tiga hal yang menjadi indikator penilaian juri, meliputi; segi konten (dukungan informasi, fakta dan data), gaya penyampaian (gestur, kontak mata), serta delivery (teknik atau strategi penyampaian konten).

Rahmat menilai, kualitas peserta dalam dua tahun terakhir menjadi sangat merata sehingga tidak didominasi kota atau provinsi tertentu. "Dalam konteks ini perkembangannya menjadi positif, tahun ini saja lomba debat tingkat mahasiswa nasional didominasi universitas di luar Jawa," ungkapnya.

Ia juga mengungkapkan, "kini lomba debat, klub debat menjadi konteks pendidikan di kelas, menggunakan konteks debat dalam praktik positif di kelas."

"Ini karena esensi debat bukan hanya public speaking tapi juga responsible public speaking. yang embentuk mentalitas kerja keras dan berpikir kritis," tambahnya.

Dalam kesempatan sama, Fonda Ambitasari juga mengungkapkan banyak lulusan lomba debat siswa nasional lulus masuk perguruan tinggi negeri atau bahkan diterima di perguruan tinggi bergengsi luar negeri.

"Jadi nantinya kita akan membentuk komunitas agar adik-adik dapat melanjutkan kariernya setelah kompetisi ini, agar bisa lebih berperan untuk Sobat Prestasi," ungkap Fonda.

Bicara untuk Indonesia

Pada tahun ini, LDBI dan NSDC mengusung tema "Speak of Your Mind, Speak for Indonesia".

“Ini adalah satu tema yang mengharu-biru, mendorong semangat dari adik-adik semua untuk terus bisa berbicara dengan argumentasi yang baik untuk Indonesia,” imbuh Asep Sukmayadi, Plt. Kepala Puspresnas dalam pembukaan yang dilakukan secara daring di Bandung, Senin (4/10/2021).

"Kegiatan ini bertujuan melatih kemampuan berpikir kritis, kreatif, analitis, konstruktif, dan responsif terhadap isu-isu aktual yang sedang berkembang, baik nasional maupun internasional," ungkap Asep.

Selain itu, melalui ajang ini juga diharapkan agar secara konsisten berafiliasi untuk berpartisipasi di ajang debat bahasa Inggris internasional.

Baca juga: Lomba Debat Nasional Resmi Dibuka, Ajak Siswa Berani Bicara Positif untuk Indonesia

“Dengan ajang ini kita juga bisa temukan talenta-talenta terbaik yang mumpuni yang kita bisa siapkan untuk berlaga di kancah internasional, dan membawa nama baik Indonesia sebagaimana setiap tahun secara konsisten kita ikuti,” katanya.

Dalam kesempatan sama, Suhartono Arham, Direktur Sekolah Menengah Atas (SMA) dua ajang ini diharapkan mampu menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, kolaborasi, komunikasi, dan kreativitas, bagi para generasi muda, khususnya pelajar di jenjang SMA.

“Keempat kecakapan ini sangat dibutuhkan dalam menghadapi era digital dan era 5.0, di mana tekanan bukan lagi kepada teknologi tetapi kepada human society, yaitu manusia menjadi komponen utama yang mampu menciptakan nilai baru dan mampu meminimalisir adanya kesenjangan pada manusia serta masalah ekonomi di kemudian hari,” jelasnya.

Lebih lanjut, tambah Suhartono, metode debat yang yang terus diasah dapat menjadikan para peserta menjadi pribadi yang terasah dalam berpendapat, menyaring informasi dengan baik, dan memahami permasalahan dari segala sisi.

Keahlian berpikir akan menghindarkan diri dari menghakimi suatu permasalahan secara sepihak, sekaligus melatih pola pikir untuk menerima perbedaan pendapat.

“Ini adalah salah satu contoh karakter kebinekaan global. Seperti yang kita ketahui bersama, tokoh-tokoh hebat dunia juga lahir dari komunitas debat,” pungkas Suhartono.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com