Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akademisi UGM: Perempuan Rentan Terjerat Pinjaman Online

Kompas.com - 08/10/2021, 06:07 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Di situasi pandemi Covid-19, keadaan belum pulih sepenuhnya. Terlebih di sektor ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat.

Tak heran jika kini mulai banyak penawaran menarik dari pinjaman online (pinjol). Bahkan kelompok yang lebih rentan terjerat pinjol adalah perempuan.

Menurut Dosen Sosiologi Fisipol Universitas Gadjah Mada (UGM), Wahyu Kustiningsih, perempuan lebih rentan karena di masa normal saja perempuan sudah rentan dan pandemi semakin menambah beban perempuan.

Baca juga: UGM Jadi Universitas Terbaik di Indonesia Versi Mosiur 2021

Saat pandemi, tidak sedikit perempuan terutama ibu rumah tangga yang harus menerima kenyataan suaminya yang bekerja di sektor informal menurun pendapatannya.

Jalan pintas menyambung hidup

Sementara itu kebutuhan hidup terus meningkat. Selain mengurus domestik, perempuan juga mendampingi anak sekolah dari rumah dan belum lagi kalau yang juga bekerja.

"Di sisi lain suami pendapatannya menurun akibat pandemi dan ada yang kena PHK, sementara kebutuhan tidak menurun tetapi terus naik," ujarnya seperti dikutip dari laman UGM, Kamis (7/10/2021).

Tentu, kondisi tersebut menjawab mengapa mayoritas perempuan, terutama di pedesaan menjadi korban pinjol.

Mereka mau tidak mau mengambil jalan pintas melalui pinjol yang memberikan pinjaman dengan persyaratan dan ketentuan yang mudah dan cepat proses pencairan dananya.

Berbeda dengan mengambil pinjaman di bank dengan persyaratan dan proses pengajuan yang tergolong rumit dan memakan waktu panjang.

"Dalam kondisi keterdesakan ekonomi, yang dipilih masyarakat adalah jalan pintas untuk menyambung hidup," urainya.

Baca juga: Dokter RSND Undip: Wanita Harus Waspada Penyakit Jantung

Dikatakan, saat sudah terjerat pinjol, biasanya perempuan tidak lepas dari adanya pelabelan atau stigma dari masyarakat.

Beberapa stigma yang kerap muncul antara lain dianggap tidak mampu mengelola keuangan dengan baik, dianggap konsumtif, tukang utang dan lainnya.

Stigmatisasi yang muncul tersebut menjadikan perempuan korban pinjol tertekan hingga melakukan hal-hal yang tidak seharusnya karena tidak kuat menahan malu.

Adanya warga yang terjerat pinjol ini menunjukan sistem sosial di masyarakat tidak bekerja. Korban merasa sendiri dan buntu di tengah desakan ekonomi, namun masyarakat tidak memberikan dukungan.

Perlunya sistem sosial di masyarakat

Oleh sebab itu, ia menekankan perlunya memperkuat supporting system di lingkungan masyarakat. Saat ada salah satu warga yang terjerat pinjol diharapkan tetangga dapat memberikan dukungan atau bantuan dalam mencari solusi.

"Masyarakat bisa menginisiasi gerakan bersama menghadapi krisis saat pandemi termasuk persoalan ekonomi seperti pinjol semisal dengan membangun kelompok-kelompok usaha kecil. Kalau ini tidak dilakukan akan banyak yang tertekan sehingga solidaritas sosial penting," terangnya.

Tak hanya itu saja, perempuan memang rentan menjadi korban tindak kriminalitas, apalagi di era teknologi saat ini. Sebab, hingga kini masih ada gap penguasaan teknologi diantara laki-laki dan perempuan.

Baca juga: Wanita, Ini 5 Tips Pilih Skincare ala Dosen Spesialis Kulit Unair

Paparan terhadap pinjol di masyarakat menjadi semakin besar. Namun, kondisi ini belum diikuti dengan literasi dan edukasi yang baik bagaimana menggunakan teknologi secara bijak.

Untuk itu, literasi digital penting dilakukan agar menekan risiko pinjol. Edukasi terkait dampak pinjol perlu diperkuat untuk menekan risiko munculnya korban-korban pinjol lainnya.

Wahyu mengatakan pemerintah perlu meningkatkan pengawasan pinjol, sebab mayoritas pinjol saat ini bersifat ilegal atau tidak terdaftar dan berizin Otoritas Jasa Keuangan.

Selain itu, penegak hukum diharapkan mampu merespons dengan cepat dan berinisiatif melindungi masyarakat korban jeratan pinjol.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com