Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Kapan Waktu Ideal Anak Masuk PAUD? Berikut Penjelasannya

Kompas.com - 22/09/2021, 19:23 WIB
Dwi NH,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Pendidikan anak usia dini (PAUD) penting diberikan selama masa golden age atau usia emas. Sebab, pada usia ini, otak anak tumbuh dan berkembang sangat cepat.

Untuk menunjang tumbuh kembang anak, kegiatan belajar di PAUD diklaim dapat memberi rangsangan atau stimulasi pendidikan yang sesuai pada usia pra-sekolah.

Namun sebenarnya, di usia berapa anak bisa masuk PAUD?

Early Childhood and Education Development (ECED) Program Specialist Tanoto Foundation Arnoldus Paut mengatakan, pendidikan bagi anak usia dini bisa dimulai sejak mereka lahir.

Baca juga: Banyak Miskonsepsi, Ini Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini

“Perlu diketahui, anak sejak lahir sampai usia 6 tahun sudah bisa mendapatkan stimulasi di satuan pendidikan. Hal ini tergantung dari ketersediaan tempat dan wilayahnya,” ujarnya saat siaran live Instagram Tanoto Foundation dengan topik “Memahami Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini", Selasa (21/9/2021).

Pasalnya, kata Arnold, tidak semua wilayah di Indonesia, terutama di desa-desa, menyediakan fasilitas PAUD untuk anak usia di bawah 3 tahun. Akibatnya, banyak anak masuk PAUD pada usia 3-6 tahun.

Dengan melakukan investasi sejak usia dini melalui rangsangan motorik halus dan kasar, kognitif, sosio-emosional, serta bahasa yang sesuai tahapan usia, maka anak-anak akan siap menghadapi berbagai kondisi.

Kondisi yang dimaksud, yaitu baik dalam aspek kesehatan, pembelajaran, maupun perilaku untuk memasuki jenjang pendidikan selanjutnya, dan mencapai kesuksesan dalam kehidupan.

Baca juga: JICT Penuhi Asupan Gizi Balita dan Salurkan Bantuan Pendidikan Anak Putus Sekolah

Hal yang harus dipelajari anak usia dini

Dalam kesempatan tersebut, Arnold menjelaskan, biasanya orangtua menuntut anak usia dini, terutama 3-6 tahun untuk bisa membaca dan menulis.

Padahal, sebut dia, membaca atau menulis bukan merupakan output utama yang harus dimiliki anak-anak di usia dini. Namun, anak wajib mendapatkan stimulasi yang mendukung keterampilan sosial dan emosional juga disiplin diri.

“Misalkan, anak diminta mengambil kerikil dengan tiga jarinya. Di sini anak secara tidak sadar diajarkan cara belajar secara motorik halus untuk bisa memegang pena atau pensil,” ujar Arnold.

Terlebih, kata dia, saat anak di PAUD, mereka bisa bermain sambil belajar melalui aktivitas kecil dengan benda-benda sekitarnya.

Baca juga: Mayoritas Perempuan, Guru PAUD Salah Satu Kelompok Terdampak Parah Pandemi Covid-19

Namun, pada masa pandemi Covid-19, kegiatan bersama teman di luar rumah sangat dibatasi. Hal ini termasuk larangan untuk belajar di sekolah secara langsung.

Untuk menyesuaikan kondisi tersebut, Arnold menyampaikan, Tanoto Foundation melalui program Siapkan Generasi Anak Berprestasi (Sigap) menyiapkan inisiatif Paket Anak Sigap. 

“Paket Anak Sigap bertujuan agar anak bisa mendapatkan peluang belajar walaupun tidak berangkat ke sekolah. Paket ini berisi materi pembelajaran dan material edukasi yang berguna untuk membantu orangtua maupun fasilitator dalam melakukan kegiatan belajar di rumah,” ucapnya.

Untuk diketahui, paket anak Sigap dapat menjadi sarana bagi orangtua agar terlibat dalam kegiatan belajar anak di rumah. Dengan begitu, ikatan antara orangtua dan anak dapat terjalin semakin erat.

Baca juga: Hadirkan Rumah Anak Sigap, Tanoto Foundation Pastikan Anak Indonesia Berkembang Sesuai Tahapan

“Kami di Tanoto Foundation memiliki banyak program penting yang perlu dikembangkan agar PAUD menjadi satuan pendidikan yang berkualitas,” ujar Arnold.

Kendati demikian, ia mengaku, pihaknya memiliki beberapa kendala. Salah satunya, mengenai minimnya informasi mengenai bermain dan belajar dalam pendidikan usia dini di masyarakat.

Padahal, bermain merupakan hal penting dalam proses belajar. Seperti diketahui, anak-anak menyukai berbagai permainan. Di satu sisi, bermain membantu anak meningkatkan kepekaan sosial.

“Namun, bermain itu harus bermakna. Misalkan bermain dengan lompat kaki sebanyak lima kali, disuruh lagi mencoba enam kali atau tujuh kali. Di sini, anak bisa bermain sambil berhitung,” tutur Arnold.

Baca juga: Bermain di Alam Terbuka Jaga Kesehatan Mental Anak

Selain pendampingan orangtua, sebut dia, tenaga pendidik atau guru juga harus aktif untuk meningkatkan kualitas pendampingan, stimulasi, dan interaksi kepada anak agar pendidikan berjalan baik.

“Kami ingin semua anak, baik dari latar belakang atau dari suku, ras, agama apa pun bisa mendapat akses belajar masuk PAUD. Terlebih yang berkebutuhan khusus atau lainnya bisa mendapat pendidikan yang layak,” imbuh Arnold.

Untuk mewujudkan hal itu, ia mengatakan, pihaknya tengah melakukan pendekatan terhadap guru-guru PAUD melalui pendampingan. Hal ini bertujuan agar guru dapat menjalankan satuan PAUD yang berkualitas.

Tak hanya itu, Tanoto Foundation, saat ini juga gencar menyediakan beberapa panduan buku-buku bagi guru dan orangtua agar mereka dapat menjalankan perannya dengan baik.

Baca juga: Tingkatkan Kompetensi Guru dengan e-PINTAR dari Tanoto Foundation

“Kami sudah mengembangkan microsite di tanotofoundation.org/id atau laman sigap.tanotofoundation.org bagi yang ingin mempelajari modul bagaimana mengasuh dan mendidik anak,” ujar Arnold.

Lewat laman tersebut, kata dia, orangtua bisa mendapatkan artikel-artikel menarik dan berbagai informasi yang dapat membantu untuk menstimulasi serta mengasuh anak.

Saran bagi para orangtua anak usia emas

Dalam kesempatan itu, Arnold menyarankan kepada orangtua, khususnya yang memiliki anak di usia emas, tetapi belum ingin mendaftarkan PAUD, supaya memberikan dukungan kepada buah hatinya agar mengikuti PAUD.

Baca juga: Mengamati Perkembangan Otak Anak di Usia Emas

“Setiap karakter anak berbeda karena berbagai faktor. Anak hanya perlu didukung, akan lebih bagus membuat mereka merasa nyaman. Jadi, tidak disarankan untuk memaksakan anak demi kehendak pribadi orangtua,” ucapnya.

Dukungan tersebut juga dilakukan Tanoto Foundation dengan mewujudkan pembelajaran berkualitas agar anak merasa nyaman saat belajar.

“Salah satu fokus kami adalah pada pendekatan bermain dan bagaimana mengembangkan kapasitas terhadap guru. Kami mengutamakan dalam menjawab kebutuhan anak agar mendapat pendidikan yang sesuai,” imbuh Arnold.

Baca juga: Menteri PPPA Minta Orangtua Lebih Sensitif dengan Kebutuhan Anak Saat Pandemi

Lingkungan pendidikan yang sesuai, kata dia, bisa terwujud apabila semua pihak bekerja sama. Tanoto Foundation pun tidak bisa bergerak sendiri tanpa bantuan pihak-pihak terkait.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com