Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 04/08/2021, 16:00 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com – Mewakili Forum Solidaritas Kemanusiaan (Forum SK) yang diprakarasai tokoh nasional, guru besar, pegiat sosial dan profesional, Guru Besar UGM dan  Unsrat mendukung pemerintah memperpanjang PPKM dengan alasan kemanusiaan.

Guru Besar Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof Baiquni, melalui rilis resmi (2/8/2021) yang sekaligus Dewan Pengarah Forum Solidaritas Kemanusiaan menegaskan pihaknya melakukan langkah-langkah nyata dengan menangani edukasi dan literasi terkait covid-19.

“Hal ini salah satu cara kami membantu masyarakat agar memiliki kepercayaan diri dan kemandirian dalam menghadapi situasi pandemi. Termasuk cara kami mengisi kekosongan yang sudah dilakukan pemerintah selama ini,” jelas Prof. Baiquni.

Ia menjelaskan serangkaian kebijakan pemerintah yang dilaksanakan untuk membatasi mobilitas masyarakat memang dilematis tetapi hal ini perlu dilakukan agar dapat meminimalisir penularan covid-19.

Baca juga: PPKM Mempercepat Langkah Gerakan Sekolah Menyenangkan Lakukan Pembaruan Pendidikan

 

Di sisi lain, problem sosial di tengah masyarakat perlu diperkuat dengan mengambil kearifan lokal untuk membangun kemandirian masyarakat dengan cara gotong royong dengan saling memberi dan mengambil bahan makanan atau sedekah gotong-royong (Segoro).

“Jadi model kearifan lokal dari masing-masing daerah caranya beda-beda dan model mandiri seperti ini bisa dibuat di komunitas diberbagai tempat. Mari bergerak bersama Forum Solidaritas kemanusiaan,” ujarnya.

Hal yang sama juga disampaikan Guru Besar Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Prof. Winda Mercedes Mingkid.

Menurutnya, bangsa Indonesia butuh kearifan lokal yang telah dilakukan oleh leluhur turun temurun yaitu gotong royong, mapalus, balale, alak tau, nugal untuk bersama – sama, bahu membahu melawan virus ini sesuai peran masing-masing.

Oleh karena itu, hal yang dilakukan adalah bertahan untuk sementara waktu karena kalau tidak maka siklus ini akan berputar terus, mengambil lebih banyak lagi milik kita, nyawa, ekonomi dan kehidupan normal masyarakat.

Winda menjelaskan kebijakan pembatasan mobilitas warga dan protokol kesehatan 5 M serta vaksinasi adalah cara yang ampuh dan berhasil dilakukan oleh berbagai negara dalam upaya mengurangi jumlah penularan.

Bila kebijakan jika PPKM ini dicabut, maka semua upaya yang telah dilakukan sejak bulan Juni yang lalu sia-sia, karena bisa kembali lagi dari awal untuk menahan penyebarannya.

“Kebijakan ini apabila ditaati dan diikuti dengan baik, maka diyakini pada triwulan IV kita sudah bisa memiliki herd immunity,” ujarnya.

Kendati demikian, pihaknya berharap kepada pemerintah untuk memperhatikan lebih serius, mengontrol dan mengevaluasi setiap bantuan kepada masyarakat agar tepat sasaran, tidak terjadi kebocoran dan tepat waktu serta sesuai pada peruntukannya.

Di tengah berbagai upaya penanganan yang dilakukan pemerintah, masih ada orang–orang lakukan pemalsuan surat keterangan vaksin sampai pada berbagai berita hoaks dan black campaign tentang penanganan Covid – 19.

"Di sisi lain, ada juga oknum pemerintah yang menggunakan kesempatan ini untuk mencari keuntungan bagi diri sendiri,” sesalnya.

Prof. Baiquni juga mengingat penting data yang valid yang dimiliki pemerintah dalam memberikan bantuan sosial agar tepat sasaran dan efisien. Selain itu, pemerintah membangun basis data dan peta, menganalisis fenomena dan meneliti realita serta terus melakukan edukasi ke publik terkait penanganan Covid-19.

“Contohnya mahasiswa UGM telah mengembangkan ekonomi lokal untuk menjadi model dan modul dalam praktik Kuliah Kerja Nyata (KKN) karena mahasiswa merupakan agent of change agar tidak text book. Apalagi, situasi pandemi membutuhkan peranan mahasiswa dan elemen masyarakat lain secara nyata,” ujarnya.

Sekjen Palang Merah Indonesia (PMI) Sudirman Said didapuk para pemrakarsa sebagai koordinator nasional Forum Solidaritas Kemanusiaan ini.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com