Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahasiswa ITS Atasi Polusi Udara dari Kendaraan dengan Cara Ini

Kompas.com - 12/05/2021, 11:31 WIB
Mahar Prastiwi,
Dian Ihsan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Penyebab polusi udara bisa karena banyak hal. Pencemaran udara bisa berkaitan dengan aktivitas manusia. Mulai dari penggunaan kendaraan bermotor, pembakaran sampah dan masih banyak hal lainnya.

Jika masyarakat abai dengan polusi udara, hal ini akan mengganggu kualitas udara dan kesehatan tubuh manusia.

Dari permasalahan ini, tiga mahasiswa Departemen Kimia Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menggagas bahan kimia sintetis yang mampu mereduksi gas buang kendaraan bermotor.

Caranya dengan memanfaatkan katalis NiMo/Zeolit-Y hierarki yang mampu mereduksi emisi kendaraan secara optimal.

Baca juga: Unik, Robot Karya Undip Ini Punya Tugas di Pemkot Semarang

Cari solusi kurangi gas buang kendaraan

Penggunaan kendaraan bermotor menjadi penyumbang terbesar pada buruknya kualitas udara di beberapa kota besar di Indonesia.

Tidak hanya menimbulkan polusi udara, emisi kendaraan bermotor seperti karbondioksida (CO2) juga berdampak pada perubahan iklim.

"Dari permasalahan tersebut kami berusaha mencari solusi untuk mengurangi gas buang kendaraan yang berbahaya bagi lingkungan," kata ketua tim Ardi Lukman Hakim seperti dikutip dari laman ITS, Selasa (11/5/2021).

Bersama kedua rekannya, Fifi Risma Mailani Farikhah dan Novia Nurul Hidayah, tim ini telah berhasil meraih medali emas dalam kompetisi karya tulis ilmiah kategori Health and Environment yang diselenggarakan oleh Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Universitas Brawijaya.

Ketiganya mengusung idenya dalam karya tulis bertajuk Pereduksi Gas Buang Motor Katalis Nimo/Zelolit-Y Hierarki Sintetis dan Fabrikasi.

Baca juga: Telanjur Mudik? Epidemiolog UGM Sarankan 3 Hal Ini

Hasil sintetis zeolit dan NiMo

Pada tahapan awal, batuan zeolit disintetis terlebih dahulu. Kemudian disintetis lagi dengan katalis NiMo.

"Merujuk pada penelitian terdahulu, zeolit hanya dapat bekerja bila disintesis bersama zat yang bisa menjadi katalisnya salah satunya ialah NiMo," terang Ardi.

Baca juga: Puasa Bisa Bantu Kinerja Ginjal, Ini Penjelasan Pakar Gizi IPB

Hasil dari sintetis zeolit dan NiMo tersebut menghasilkan NiMo/Zeolit-Y hierarki dengan tiga konsentrasi yaitu konsentrasi 0,125 M, 0,25 M, dan 0,5 M.

Menurut Ardi, hasil dari sintetis ini akan dikarakterisasi untuk mengetahui lebih lanjut apakah bahan sintetis tersebut sudah terkatalis sempurna dan dapat digunakan.

"Katalis komposit yang paling ideal ialah pada konsentrasi 0,25M," imbuh mahasiswa asal Madiun ini.

Lakukan uji emisi

Lebih dalam, Ardi menjelaskan bahwa konsentrasi yang dianggap paling ideal ini akan dilakukan tahap uji emisi.

Pada tahap uji emisi ini katalis akan diimpregnasi dahulu dengan tiga varaibel waktu, yaitu 5 jam, 10 jam, dan 15 jam.

Baca juga: PT HUFA Buka Lowongan Kerja Lulusan SMK/D3-S1, Cek Syaratnya 

Hasil dari impregnasi ini akan ditinjau luas permukaan, volume pori, dan diameter pori dari katalis tersebut.

Utamanya tahap uji emisi dilakukan uji coba apakah katalis mampu mereduksi gas emisi berbahaya.

Berdasarkan hasil konversi CO dan Hidrokarbon (HC), katalis NiMo/Zeolit-Y hierarki dengan waktu impregnasi 10 jam lah yang paling optimal, di mana terjadi proses oksidasi CO dan HC akibat kerja katalis NiMo.

Perlu penelitian lebih lanjut

Hasil impregnasi 10 jam juga memiliki luas permukaan dan volume pori tidak terlalu besar sehingga cocok digunakan memfilter gas emisi.

"Gagasan ini memerlukan penelitian lebih lanjut untuk menambah variabel uji agar hasil lebih optimal dan valid," terang pemuda kelahiran 2002 ini.

Baca juga: Wismilak Buka Lowongan Kerja Lulusan S1 Fresh Graduate

Ardi berharap, gagasan timnya ini dapat diteliti lebih lanjut dengan pendanaan dan sarana prasana yang memadai.

"Saya berharap gagasan ini tidak hanya sekadar ide, namun dapat diteliti lebih dalam dan memberikan keluaran yang bermanfaat bagi bangsa Indonesia," tutup Ardi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com