Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hardiknas: Ki Hajar Dewantara, dari Jebolan Sekolah Dokter hingga Dirikan Perguruan Nasional

Kompas.com - 02/05/2021, 09:12 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Siswa atau pelajar Indonesia apakah tahu siapa Suwardi Suryaningrat? Pasti sedikit asing. Tetapi, siapa yang kenal dengan Ki Hajar Dewantara?

Pasti siswa dan sebagian besar masyarakat Indonesia kenal dengan Ki Hajar Dewantara, bapak Pendidikan Nasional Indonesia yang juga Tokoh Pahlawan Pendidikan Indonesia.

Sebenarnya, Ki Hajar Dewantara dan Suwardi Suryaningrat adalah tokoh yang sama. Sebab, Suwardi Suryaningrat adalah nama asli Ki Hajar Dewantara.

Baca juga: Ki Hajar Dewantara Seakan Meneropong Masa Depan, Ada Ucapan Mendasar di Masa Pandemi Ini

Berkat perjuangan dan pemikiran beliau, hari kelahirannya pada 2 Mei ditetapkan menjadi Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2021.

Melansir laman Direktorat SMP Kemendikbudristek, Sabtu (1/5/2021), berikut informasi mengenai perjuangan dan pemikiran dari Ki Hajar Dewantara pada Hari Pendidikan Nasional 2021 ini.

Meski dikenal sebagai Bapak Pendidikan Indonesia, belum banyak yang mengetahui seperti apa kiprah perjuangan dan pemikiran beliau bagi dunia pendidikan di Tanah Air.

Lahir dari keluarga bangsawan

Raden Mas Suwardi Suryaningrat alias Ki Hajar Dewantara lahir di Yogyakarta pada 2 Mei 1889. Beliau berasal dari keluarga bangsawan.

Ayahnya yang bernama Kanjeng Pangeran Ario Suryaningrat dan ibunya yang bernama Raden Ayu Sandiah merupakan bangsawan Puro Pakualaman Yogyakarta.

Lahir dari keluarga bangsawan tidak serta-merta membuat Suwardi Suryaningrat abai terhadap masa depan generasi penerus bangsa.

Ia memandang politik pemerintah Hindia-Belanda sangat diskriminatif terhadap kaum bumiputera. Oleh karena itu, Suwardi Suryaningrat terus berupaya memperjuangkan hak-hak kesetaraan kaum bumiputera dengan kaum penjajah.

Pernah sekolah kedokteran

Berkat kebangsawanannya, Suwardi Suryaningrat berhak mengenyam pendidikan di Europeesche Lagere School (ELS), sekolah dasar Belanda.

Setelah tamat dari ELS pada 1904, beliau ditawari menjadi mahasiswa STOVIA (School tot Opleiding Van Indische Artsen) – Sekolah Dokter Jawa di Jakarta.

Kemudian, ia menerima tawaran tersebut dan sempat merasakan bangku pendidikan di STOVIA pada 1905—1910. Namun karena sakit, ia tidak naik kelas dan beasiswanya pun dicabut.

Baca juga: Siswa Harus Bijak Berinternet, Jangan Abaikan Jejak Digital

Ada sinyalisasi bahwa pencabutan beasiswa beliau tidak murni karena sakit, tetapi karena ada muatan politis dari pemerintah Hindia-Belanda.

Beberapa hari sebelum beasiswanya dicabut, Suwardi Suryaningrat alias Ki Hajar Dewantara memang sempat mendeklarasikan sajak yang menggambarkan keperwiraan Ali Basah Sentot Prawirodirdjo, seorang panglima perang Diponegoro.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com