Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kata Aing Makin Viral, Akademisi Unpad Jelaskan Fenomena Ini

Kompas.com - 17/04/2021, 15:00 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kalau ke daerah yang menggunakan Bahasa Sunda, pasti familiar dengan kata 'aing'.

Bahkan di banyak media sosial, kata aing sering kali diucapkan warganet. Tapi jangan asal ikut-ikutan menggunakan aing jika bertemu orang Sunda.

Memang, kata ini sudah banyak digunakan penutur bahasa di luar bahasa Sunda sebagai kata ganti pertama menggantikan 'gua'. Penggunaan aing dalam bahasa Indonesia ragam percakapan menimbulkan perdebatan.

Namun, kata ini dalam tatakrama bahasa Sunda termasuk ke dalam jenis bahasa kasar.

Baca juga: Peneliti IPB Temukan Minuman Penurun Gula Darah Berbasis Rempah

Menyikapi fenomena kebahasaan tersebut, Dosen Program Studi Sastra Sunda Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran (Unpad) Gugun Gunardi menjelaskan fenomena ini.

Ia mengatakan, kata aing boleh digunakan penutur bahasa Sunda maupun di luar Sunda selama konteks komunikasi dilakukan dengan penutur lain yang berusia sama.

Walau secara tingkatan bahasa kata aing termasuk kasar, kata sapaan ini kerap digunakan penutur bahasa Sunda untuk menjalin percakapan standar.

Bahkan, aing bisa digunakan untuk percakapan dengan teman sebaya sebagai ungkapan candaan atau hiburan.

"Dalam bahasa Sunda, selama penggunaannya tidak mementingkan tingkat tutur bahasa menjadi tidak masalah," tambahnya, dilansir dari laman unpad.ac.id.

Gugun pun memandang positif penggunaan kata aing dalam percakapan bahasa Indonesia. Menurutnya, setiap bahasa dipengaruhi oleh bahasa lainnya.

Baca juga: Peneliti IPB: Tanaman Herbal Ini Berkhasiat Redakan Asam Urat

Penggunaan aing sebagai kata ganti orang pertama di luar penutur bahasa Sunda dipandang akan bisa memopulerkan eksistensi bahasa Sunda di tingkat nasional.

Meski demikian, kata Gugun, penutur juga wajib mengetahui tingkat tutur bahasa Sunda. Minimal, penutur mengetahui mana kata yang masuk ke dalam ragam bahasa Sunda kasar, sedang, hingga halus.

"Silakan gunakan bahasa Sunda itu. Dengan intonasi tertentu, kata kasar itu bisa menjadi bagus, dan tidak digunakan untuk bully atau memojokkan orang lain," ujar Gugun.

Ahli linguistik ini memperkirakan, kata aing pertama kali dipopulerkan oleh Bobotoh, atau komunitas pendukung klub sepak bola Persib Bandung.

Banyaknya jargon yang menggunakan kata aing oleh Bobotoh menyebabkan banyak orang di luar penutur Sunda menjadi banyak menggunakannya sebagai kata sapaan yang menggantikan kata 'gua' atau 'aku'.

Karena dipakai oleh sosiolek, atau penutur dari kelompok sosial tertentu, maka orang di luar komunitas menjadi terpengaruh untuk menggunakan kata serupa dalam percakapan sehari-hari.

"Orang lain yang tidak paham dengan kata aing dianggap sebagai kata gagah yang menjadi penanda komunikasi. Saya melihat fenomena aing itu menjadi sering digunakan dan banyak digunakan di luar penutur bahasa Sunda," kata Gugun.

Baca juga: Pakar Unpad: Penuhi Syarat Ini Saat akan Divaksin

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com