"Kita tidak merasa kekurangan air, tapi kita ini sudah menggunakan hak generasi mendatang. Ini yang tidak kita sadari," jelas dia.
Dia menyatakan, cukup sulit untuk mengubah kondisi defisit air menjadi surplus. Meski demikian, upaya menuju hal tersebut harus dilakukan.
Baca juga: 32 Jurusan UGM Buka Kuota Banyak di SBMPTN 2021
Pemerintah maupun masyarakat, bilang dia, dapat mengambil bagian dalam upaya ini melalui cara-cara vegetatif maupun konstruktif.
Cara vegetatif misalnya berupa penghutanan kembali pada area yang berstatus hutan, namun secara fungsi telah berubah karena vegetasi di dalamnya telah ditebang.
Selain itu, menurutnya, lahan-lahan kosong yang tersebar di berbagai tempat harus ditanami dengan pohon untuk meningkatkan kapasitas infiltrasi tanah.
"Penghijauan bisa di mana saja, harapan kami lahan kosong di pinggir jalan juga bisa ditanami. Bagi saya cara vegetasi itu tetap yang terbaik," sebut dia.
Sementara itu, cara konstruktif yang dapat dilakukan adalah dengan membangun sistem peresapan air hujan, baik berupa sumur resapan, parit resapan, maupun taman resapan.
Baca juga: Psikolog UGM: Hati-hati Jadi Korban Ghosting Saat Pacaran
"Seharusnya rumah dibangun agar air hujan yang jatuh di halamannya tidak keluar ke jalan, tetapi diresapkan ke halamannya masing-masing. Dengan begitu, sungai tidan banjir dan sumur punya persediaan air banyak," tukas dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.