Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/03/2021, 17:10 WIB
Mahar Prastiwi,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Di tengah proses program vaksinasi menggunakan Sinovac yang dilakukan pemerintah, muncul vaksin Covid-19 Nusantara yang diprakarsai mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto bersama Universitas Diponergoro (Undip) dan Aivita Biomedical Corporation.

Kemunculan Vaksin Nusantara ini tentu ramai diperbincangkan publik. Bahkan, Mantan Menteri Kesehatan Terawan menyatakan bahwa Vaksin Nusantara merupakan solusi bagi pasien komorbid atau memiliki penyakit penyerta.

Terkait progres uji klinis Vaksin Nusantara, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta mengajukan pengunduran diri dari tim penelitian uji klinis vaksin sel dendritik SARS-Cov-2 atau Vaksin Nusantara.

Baca juga: Apa itu Love Scam dan Upaya Pencegahannya? Begini Kata Dosen UGM

FK-KMK UGM tidak dilibatkan dalam proses uji klinis

Surat pengunduran diri yang ditujukan kepada Menteri Kesehatan tersebut menyebutkan alasan pengunduran diri FK-KMK UGM karena para peneliti sejauh ini tidak dilibatkan dalam proses uji klinis. Termasuk dalam penyusunan protokol.

“Belum ada keterlibatan sama sekali. Kita baru tahu saat itu muncul di media massa bahwa itu dikembangkan di Semarang. Kemudian disebutkan dalam pengembangannya melibatkan tim dari UGM,” ucap Wakil Dekan FK-KMK UGM Bidang Penelitian dan Pengembangan, Yodi Mahendradhata, seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Senin (8/3/2021).

Baca juga: Wolbachia Efektif Tekan Angka Kasus DBD, UGM-WMP Raih Rekor Muri

Yodi mengungkapkan, sejumlah peneliti UGM sempat menerima komunikasi informal terkait rencana pengembangan vaksin di bawah koordinasi Kementerian Kesehatan, dan menyatakan bersedia mendukung penelitian yang akan dilakukan.

Namun demikian, setelah itu tidak ada komunikasi lebih lanjut terkait penelitian vaksin tersebut. Para peneliti bahkan tidak mengetahui bahwa Kementerian Kesehatan telah menerbitkan Surat Keputusan Nomor HK 01.07/MENKES/11176/2020 yang mencantumkan nama mereka beserta posisi yang mereka duduki dalam tim ini.

“Waktu itu belum ada detail ini vaksinnya seperti apa, namanya saja kita tidak tahu. Hanya waktu itu diminta untuk membantu, ya kami di UGM jika ada permintaan dari pemerintah seperti itu kami berinisiatif untuk membantu,” ungkap Yodi.

Baca juga: Peneliti UGM Masih Kembangkan Artificial Intelligence dari GeNose

FK-KMK UGM banyak dilibatkan dalam penelitian lain

Menurut Yodi, para peneliti merasa keberatan karena tidak pernah dilibatkan dalam seluruh proses penelitian. Bahkan sama sekali belum pernah melihat protokol uji klinis.

Oleh karena itu para peneliti juga tidak dapat memberikan komentar apa pun terkait vaksin yang dimaksud beserta proses penelitiannya.

Selama pandemi Covid-19, FK-KMK UGM sendiri telah terlibat dalam sejumlah penelitian. Salah satunya penelitian vaksin merah putih bersama beberapa perguruan tinggi lainnya di bawah konsorsium yang diinisiasi Kementerian Riset dan Teknologi.

Selain itu FK-KMK UGM juga bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan untuk mengawal program vaksinasi yang telah berjalan dan memantau hal-hal yang bisa diperbaiki dari pelaksanaan di lapangan.

Baca juga: Apa Itu Kedokteran Okupasi dan Prospek Kerjanya? Ini Kata Alumni UGM

Berdasarkan pengalaman dari penelitian yang telah berjalan, lanjut Yodi, penelitian yang dikerjakan dengan melibatkan kerja sama sejumlah pihak memerlukan komunikasi yang intens.

Terlebih antara pihak-pihak yang terlibat serta proses koordinasi yang dibangun dengan baik sebelum dan selama penelitian dilakukan.

Belum ada sosialisasi dan penjelasan detail

Ia melanjutkan, dalam kerja sama penelitian lazimnya pihak-pihak yang terlibat akan terlebih dahulu mengadakan pertemuan dan koordinasi sebelum penelitian dimulai. Namun dalam hal ini Kementerian Kesehatan selaku koordinator penelitian diharapkan memberikan sosialisasi dan menjelaskan detail penelitian yang akan dikerjakan.

Baca juga: Yogyakarta Diguyur Hujan Es, Begini Kata Dosen Geografi Lingkungan UGM

Peneliti UGM menyayangkan karena tahapan-tahapan tersebut tidak dilakukan. Selain itu peneliti yang namanya telah tercantum dalam Surat Keputusan Menkes bahkan belum mengetahui detail penelitian sebelum hal tersebut akhirnya muncul di pemberitaan media massa.

“Kita belum pernah menerima surat resmi, protokol, atau apapun. Teman-teman agak keberatan, kalau disebutkan sebagai tim pengembang kan harus tahu persis yang diteliti apa,” tutup dr. Yodi.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com