Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wolbachia Efektif Tekan Angka Kasus DBD, UGM-WMP Raih Rekor Muri

Kompas.com - 25/02/2021, 09:18 WIB
Mahar Prastiwi,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Salah satu penyakit yang perlu diwaspadai saat musim penghujan tiba yakni Demam Berdarah Dengue (DBD). Jika tidak ditangani dengan cepat, demam berdarah bahkan bisa menyebabkan kematian.

Untuk mencegah penyakit DBD, Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta sejak lama telah mengembangkan penelitian dengan teknik penggunaan nyamuk ber-Wolbachia untuk mengurangi penyebaran DBD.

Berkat penelitian ini, UGM dan World Mosquito Program (WMP) Yogyakarta meraih
penghargaan Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) sebagai pelopor penelitian dengan teknik penggunaan nyamuk ber-Wolbachia yang bertujuan mengurangi penyebaran DBD.

Baca juga: Guru Besar IPB Temukan Formula Minuman Penurun Gula Darah

Peneliti Fakultas Kedokteran, Kesehatan, Masyarakat dan Keperawatan (FK-KMK) UGM Prof. dr. Adi Utarini, M.Sc, MPH, Ph.D saat mengatakan, penelitian ini merupakan kolaborasi antara Pusat Kedokteran Tropis, FKKMK Universitas Gadjah Mada, bersama Monash University. Penelitian ini terlaksana atas dukungan pendanaan penuh dari Yayasan Tahija selama 10 tahun terakhir.

"Kami juga berterima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat dan memohon doa agar penelitian ini bermanfaat bagi masyarakat yang lebih luas,” ujar Prof. Adi Utarini dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Kamis (25/2/2021).

Penelitian pengendalian dengue pertama di dunia

Penelitian Aplikasi Wolbachia dalam Eliminasi Dengue (AWED) yang berakhir pada Agustus 2020 lalu merupakan penelitian pengendalian dengue pertama di dunia. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode Randomized Controlled Trial, sebuah standar tertinggi dalam penelitian klinis (gold standard).

Baca juga: Peneliti IPB Temukan Obat Herbal Penurun Asam Urat

Dari penelitian ini menunjukkan bahwa Wolbachia yang terdapat di 50 persen jenis serangga secara efektif dapat menghambat replikasi virus dengue pada tubuh nyamuk Aedes aegypti. Dengan begitu, potensi penularan ke manusia jadi sangat kecil.

Bahkan pada semester kedua tahun 2020 WMP Yogyakarta bekerja sama dengan Pemerintah Kota Yogyakarta melalui Dinas Kesehatan melakukan perluasan manfaat Wolbachia.

Khususnya di area Kota Yogyakarta yang belum mendapatkan intervensi Wolbachia. Hingga akhir Desember 2020, persentase Wolbachia di area pelepasan sudah mencapai 60 persen.

Selain melakukan monitoring nyamuk ber-Wolbachia di Kota Yogyakarta, pada tahun 2021 WMP Yogyakarta berfokus pada persiapan implementasi Wolbachia di Kabupaten Sleman.

Kolaborasi ini dilakukan bersama Pemerintah Kabupaten melalui Dinas Kesehatan Sleman, dan bermitra dengan puskesmas-puskesmas di kabupaten tersebut.

Turunkan 77 persen kasus DBD

Sementara Rektor UGM, Prof. Ir. Panut Mulyono bersyukur atas rekor Muri yang diterima.
Menurutnya, penghargaan ini merupakan sebuah pencapaian yang sangat membanggakan bagi UGM.

Rektor mengungkapkan, penelitian pengendalian DBD yang dilakukan WMP Yogyakarta bersama UGM didukung oleh Yayasan Tahija dalam mengembangkan teknologi Wolbachia untuk pengendalian DBD merupakan inovasi yang sangat bagus.

Baca juga: Dosen Unsoed Kembangkan Alat Deteksi Kualitas Jeruk

Dalam penelitian ini diperoleh hasil efikasi Wolbachia cukup tinggi dalam menurunkan sebanyak 77 persen kasus DBD. Inovasi ini menjadi sumbangsih universitas bagi dunia kesehatan Indonesia dan dunia.

Panut pun berharap kerja sama lembaga pendidikan dengan lembaga filantropi seperti Yayasan Tahija perlu terus dikembangkan agar menghasilkan inovasi-inovasi yang solutif atas permasalahan di masyarakat.

Bisa diimplementasikan ke daerah lain

Dukungan pemerintah untuk implementasi secara luas terhadap hasil-hasil riset yang telah terbukti bermanfaat juga sangat diharapkan.

"Khusus untuk teknologi Wolbachia semoga bisa diimplementasikan di daerah lainnya di luar Yogyakarta, terutama daerah-daerah dengan kasus DBD yang tinggi," tutur Panut.

Baca juga: Dosen UGM Kembangkan Spons Laut dan Minyak Atsiri sebagai Antiinfeksi

Ketua Yayasan Tahija,Trihadi Saptoadi mengungkapkan, UGM memang layak mendapatkan anugerah istimewa ini karena telah memberikan yang terbaik bagi para penelitinya dan dukungan institusi luar biasa.

"Kami merasa bangga bisa menjadi mitra dalam usaha adopsi teknologi yang berdampak besar ke masyarakat," tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com