Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 20/02/2021, 20:18 WIB
Mahar Prastiwi,
Albertus Adit

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebagai negara maritim, Indonesia punya kekayaan laut yang banyak. Dari berbagai penelitian ditemukan inovasi atau terobosan dari kekayaan sumber daya alam di laut Indonesia.

Penelitian yang dilakukan ini diharapkan bisa bermanfaat bagi keberlangsungan hidup manusia. Apalagi di era pandemi Covid-19, butuh solusi agar kondisi saat ini bisa membaik.

Seperti untuk mengatasi infeksi bisa dilakukan dengan modulasi interaksi sosial mikroorganisme. Sehingga biofilm menjadi salah satu produk sosial mikroorganisme. Biofilm terbentuk oleh komunitas mikroorganisme yang menempel pada suatu permukaan dalam lingkungan berair.

Dari hasil penelitian Dosen Farmasi UGM, Prof. Triana Hertiani menemukan bahwa kekayaan alam pada sumber daya laut Indonesia bisa menjadi sumber dalam pengambilan senyawa antibiofilm.

Teliti spons Angelas nakamurai

Namun penelitian ini terkendala dalam memperoleh bahan baku berjumlah besar karena belum banyak kekayaan laut untuk sumber bahan baku obat Prof. Triana Hertiani melakukan penelitian pada spons Angelas nakamurai di perairan Bali.

Baca juga: Trik 5M dan MSS, Bantu Dosen Tingkatkan Kemampuan Menulis

Keberadaan spons Angelas nakamurai menunjukkan adanya berbagai senyawa yang berkhasiat sebagai antibakteri, antibiofilm, antifouling sekaligus sitotoksis.

Prof. Triana mengatakan, seperti diketahui spons tidak dapat melepaskan diri sepenuhnya dari keberadaan mikroorganisme di sekitarnya.

"Namun, hal yang dapat dilakukannya dengan melakukan mekanisme kontrol sebagai keharusan untuk kelangsungan hidup," terang Prof. Triana Hertiani seperti dikutip di laman ugm.ac.id, Sabtu (20/2/2021).

Dalam penelitiannya, selain pengembangan senyawa obat dari laut Prof. Triana Hertiani juga mengembangkan antibiofilm dari seleksi tanaman obat.

Minyak atsiri sebagai antibiofilm

Prof. Triana menjelaskan, tanaman asli Indonesia lainnya yang potensial dikembangkan sebagai antibiofilm adalah kulit batang mayosi.

Baca juga: Dosen UGM: Lakukan Urban Farming sebagai Upaya Ketahanan Pangan

Selain itu, minyak atsiri juga terbukti efektif sebagai antibiofilm. Menurut Prof. Triana, dari sifat fisisnya, minyak atsiri merupakan metabolit tanaman yang bersifat nonpolar dan mudah menguap.

Minyak atsiri sendiri dapat diperoleh dari berbagai bagian tumbuhan misalnya dari kulit kayu seperti kayu manis dan mayosi.

"Adapun dari bunga seperti mawar, melati, kenanga dan kuncup bunga cengkeh serta dari daun seperti kayu putih," terang Prof. Triana.

Habitatnya minyak atsiri dapat dihasilkan oleh tumbuhan secara terus menerus ataupun sebagai respons terhadap fitopatogen.

Baca juga: Dosen Biologi UM Surabaya: Mewaspadai Bahaya Oncom, Ini Cirinya

Bisa jadi solusi masalah infeksi

Beberapa senyawa kimia tumbuhan yang potensial sebagai antibiofilm tersebut telah dimanfaatkan pada berbagai produk kesehatan oral.

Penelitian senyawa antiinfeksi, lanjut Prof. Triana, dapat memodulasi interaksi mikroorganisme dalam bentuk biofilm perlu dilakukan pengujian pada kultur polimikroba.

Baca juga: Dosen Unsoed Kembangkan Alat Deteksi Kualitas Jeruk

"Intervensi pada komunitas sosial mikroorganisme menggunakan bahan dari alam yang secara alami diharapkan dapat menjadi salah satu strategi jitu dalam pengentasan masalah infeksi di masa sekarang dan yang akan datang," ungkap Prof. Triana.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com