Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pandemi dan Sederet Dampak Negatif bagi Anak Menurut Guru Besar Unpad

Kompas.com - 24/02/2021, 09:36 WIB
Mahar Prastiwi,
Albertus Adit

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 sudah berlangsung hampir setahun. Kondisi ini berdampak pada segala sektor. Tak hanya dari segi perekonomian saja, pandemi ini ternyata juga berdampak negatif bagi kalangan anak-anak.

Sejak awal pandemi, semua orang dianjurkan mengurangi kegiatan di luar rumah. Selain itu kegiatan-kegiatan yang mengumpulkan banyak orang juga ditiadakan.

Menurut Guru Besar Bidang Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad) Prof. Dr. Meita Dhamayanti, pandemi Covid-19 berpotensi memberikan berbagai dampak negatif terhadap anak. Baik jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang.

"Anak merupakan korban yang tersembunyi, children: a hidden victim of Covid-19 pandemic," ujar Prof. Meita seperti dikutip di laman unpad.ac.id, Rabu (24/2/2021).

Terganggunya program imunisasi untuk anak

Prof. Meita mengungkapkan, salah satu dampak yang terjadi akibat pandemi Covid-19 misalnya pada program imunisasi. Pemberian imunisasi merupakan salah satu kebutuhan dasar anak untuk tumbuh dan berkembang agar terjaga kesehatan dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I).

Baca juga: UNS Kampus Inklusi, Berperan Ringankan Masalah Penyandang Disabilitas

Tapi dengan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) upaya pelaksanaan imunisasi yang biasanya dilakukan di Posyandu menjadi terganggu. Sama halnya dengan pelayanan Puskesmas.

"Dapat dibayangkan apa yang akan terjadi apabila anak-anak ini tidak mempunyai kekebalan terhadap PD3I. Maka wabah lain selain Covid-19 akan segera menyusul. Untuk itu kita perlu tetap melakukan kegiatan program imunisasi untuk anak-anak dalam masa pandemi Covid-19. Jika tidak, maka anak-anak bisa menjadi crisis behind this pandemic," paparnya.

Prof. Meita Dhamayanti mengungkapkan, terkait program vaksinasinasi Covid-19 yang saat ini tengah berlangsung, setiap individu akan mendapatkan vaksin tersebut sesuai dengan kebutuhannya.

Menurunnya pemberian ASI eksklusif hingga stunting

Vaksin juga akan diberikan pada anak-anak yang mempunyai hak untuk mendapat perlindungan. Namun saat ini hal tersebut belum bisa dilakukan karena uji klinik vaksin pada anak masih dalam proses.

Baca juga: Ini Makanan yang Bagus untuk Ibu Hamil Menurut Guru Besar UWM Yogya

Prof. Meita memaparkan, ada beberapa permasalahan lain yang muncul di masa pandemi ini. Mulai dari menurunnya pemberian ASI eksklusif, meningkatnya angka malnutrisi, dan stunting.

"Stunting masih merupakan masalah, sekalipun tanpa adanya pandemi Covid-19," tandas Prof. Meita Dhamayanti.

Berdasarkan hasil penelitiannya di Bangka Belitung, selama pandemi Covid-19 menunjukan peningkatan prevalensi anak beresiko stunting sebesar 4,3 persen.

Anak rentan terhadap kekerasan dalam keluarga

Peningkatan ini diasumsikan akibat adanya keterbatasan akses terhadap konsumsi dan pelayanan kesehatan selama pandemi Covid-19.

Selain itu, hak perlindungan anak selama masa pandemi Covid-19 pun menjadi terdampak.

Hal ini terjadi karena pembatasan sosial dapat berefek pada situasi ekonomi yang memburuk dengan tingginya tingkat pengangguran.

Baca juga: Dosen UGM Kembangkan Spons Laut dan Minyak Atsiri sebagai Antiinfeksi

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com