Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pandemi dan Sederet Dampak Negatif bagi Anak Menurut Guru Besar Unpad

KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 sudah berlangsung hampir setahun. Kondisi ini berdampak pada segala sektor. Tak hanya dari segi perekonomian saja, pandemi ini ternyata juga berdampak negatif bagi kalangan anak-anak.

Sejak awal pandemi, semua orang dianjurkan mengurangi kegiatan di luar rumah. Selain itu kegiatan-kegiatan yang mengumpulkan banyak orang juga ditiadakan.

Menurut Guru Besar Bidang Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad) Prof. Dr. Meita Dhamayanti, pandemi Covid-19 berpotensi memberikan berbagai dampak negatif terhadap anak. Baik jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang.

"Anak merupakan korban yang tersembunyi, children: a hidden victim of Covid-19 pandemic," ujar Prof. Meita seperti dikutip di laman unpad.ac.id, Rabu (24/2/2021).

Terganggunya program imunisasi untuk anak

Prof. Meita mengungkapkan, salah satu dampak yang terjadi akibat pandemi Covid-19 misalnya pada program imunisasi. Pemberian imunisasi merupakan salah satu kebutuhan dasar anak untuk tumbuh dan berkembang agar terjaga kesehatan dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I).

Tapi dengan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) upaya pelaksanaan imunisasi yang biasanya dilakukan di Posyandu menjadi terganggu. Sama halnya dengan pelayanan Puskesmas.

"Dapat dibayangkan apa yang akan terjadi apabila anak-anak ini tidak mempunyai kekebalan terhadap PD3I. Maka wabah lain selain Covid-19 akan segera menyusul. Untuk itu kita perlu tetap melakukan kegiatan program imunisasi untuk anak-anak dalam masa pandemi Covid-19. Jika tidak, maka anak-anak bisa menjadi crisis behind this pandemic," paparnya.

Prof. Meita Dhamayanti mengungkapkan, terkait program vaksinasinasi Covid-19 yang saat ini tengah berlangsung, setiap individu akan mendapatkan vaksin tersebut sesuai dengan kebutuhannya.

Menurunnya pemberian ASI eksklusif hingga stunting

Vaksin juga akan diberikan pada anak-anak yang mempunyai hak untuk mendapat perlindungan. Namun saat ini hal tersebut belum bisa dilakukan karena uji klinik vaksin pada anak masih dalam proses.

Prof. Meita memaparkan, ada beberapa permasalahan lain yang muncul di masa pandemi ini. Mulai dari menurunnya pemberian ASI eksklusif, meningkatnya angka malnutrisi, dan stunting.

"Stunting masih merupakan masalah, sekalipun tanpa adanya pandemi Covid-19," tandas Prof. Meita Dhamayanti.

Berdasarkan hasil penelitiannya di Bangka Belitung, selama pandemi Covid-19 menunjukan peningkatan prevalensi anak beresiko stunting sebesar 4,3 persen.

Anak rentan terhadap kekerasan dalam keluarga

Peningkatan ini diasumsikan akibat adanya keterbatasan akses terhadap konsumsi dan pelayanan kesehatan selama pandemi Covid-19.

Selain itu, hak perlindungan anak selama masa pandemi Covid-19 pun menjadi terdampak.

Hal ini terjadi karena pembatasan sosial dapat berefek pada situasi ekonomi yang memburuk dengan tingginya tingkat pengangguran.

"Hal ini mengganggu stabilitas lingkungan tempat anak tumbuh dan berkembang serta memberikan banyak tekanan pada anak-anak dan remaja. Keluarga mereka yang dapat mengakibatkan masalah kesehatan, mental dan perilaku, perkembangan dan mungkin saja kekerasan terhadap anak," imbuh Prof. Meita.

Berdampak pada mental emosional remaja

Tak hanya soal kesehatan anak, Pandemi Covid-19 pun memberikan dampak pada masalah mental emosional anak khususnya remaja.

Sebelum pandemi, berdasarkan survey di sejumlah SMP dan SMA dengan menggunakan Strengths and Difficulties Questionnaire (SDQ), diperoleh data conduct problems 38,9 persen, hyperactivity 15,6 persen, emotional symptoms 30 persen, peer problems 29,3 persen dan masalah keseluruhan 31.6 persen.

Survey yang sama dilakukan pada masa pandemi menunjukkan emotional symptoms 35,4 persen, conduct problems 23,9 persen, hyperactivity 18,9 persen, peer problems 26,1 persen dan masalah keseluruhan 35,6 persen.

"Akibat pandemi masalah mental emosi menunjukkan peningkatan, tampaknya masalah emosi paling menonjol, sedangkan sebelum pandemi masalah conduct lebih menonjol," tegas Prof. Meita Dhamayanti.

Perkembangan pandemi Covid-19 terus berubah secara dinamis. Spektrum ilmu tumbuh kembang anak-pediatri sosial pun berkembang secara dinamis seiring dengan kemajuan teknologi kesehatan anak dan perubahan berbagai determinan bio-psiko-sosial.

"Di era epigenetik saat ini perlu dipahami bahwa potensi genetik seorang anak dibentuk dari interaksi aspek alamiah (nature) dan aspek pengasuhan (nurture)," tutup Prof. Meita.

https://www.kompas.com/edu/read/2021/02/24/093615171/pandemi-dan-sederet-dampak-negatif-bagi-anak-menurut-guru-besar-unpad

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke