Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Mahendra K Datu
Pekerja corporate research

Pekerja corporate research. Aktivitas penelitiannya mencakup Asia Tenggara. Sejak kembali ke tanah air pada 2003 setelah 10 tahun meninggalkan Indonesia, Mahendra mulai menekuni training korporat untuk bidang Sales, Marketing, Communication, Strategic Management, Competititve Inteligent, dan Negotiation, serta Personal Development.

Futurismo: Garasi, Visi dan Kolektivisme Wirausaha.

Kompas.com - 06/01/2021, 10:32 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Perusahaan-perusahaan itu membawa banyak tentang awal mula visi mereka dieksekusi di tempat seadanya.

Kisahnya epik pula. Pembaca bisa bayangkan, di Amerika apa yang disebut sebagai upaya-upaya kolektif untuk memajukan kewirausahaan tidak diinisiasi oleh negara atau negara bagian.

Baca juga: Dirjen Vokasi: Saatnya Ubah “Mindset” Petani Pekerja Jadi Petani Entrepreneur

Hampir di tiap komunitas memiliki sebuah chamber of commerce, kamar dagang, dan di sanalah bisnis-bisnis mikro berasosiasi, bertukar gagasan maupun berbagi kepentingan.

Beberapa komunitas yang tak terlalu besar populasinya bergabung untuk memiliki satu kamar dagang sendiri. Kamar dagang ini lebih tepat disebut sebagai inisiatif komunitas ketimbang sebagai kebijakan top-down negara bagian kepada komunitas-komunitas.

Lebih aman pula untuk menyimpulkan bahwa spirit entrepreneurial Amerika adalah spirit komunitas, dan berdagang dalam bentuk mikro adalah buah-buah yang lahir dari spirit itu. Di bagian akhir tulisan ini akan saya sampaikan alasannya.

Kisah garasi bukanlah kisah tentang ruang (space). Dalam konteks kewirausahaan, garasi hanyalah pengejawantahan semangat 'start simple, one step at a time'.

Penghematan biaya di awal berbisnis hanyalah akibat dari semangat itu, dan dengan demikian sang calon pengusaha bisa berfokus pada visinya (produk layanannya, siapa calon konsumennya, bagaimana mengirimkan produk itu ke pelanggannya, dan bagaimana bisnisnya bisa berkesinambungan).

Garasi hanyalah bagian dari 'start simple' itu.

Fokus pada traksi dan monetisasi

Amazon misalnya, kisah Jeff Bezos menjadi sangat epik dan kolosal karena kecepatan bertumbuhnya, dan juga karena visinya dieksekusi secara tepat yang menghasilkan volume omzet serta nilai pasar Amazon yang fantastis.

Ia memulai di garasi bukan karena ia tak punya dana untuk menyewa tempat yang lebih representatif. Ia adalah jebolan eksekutif perusahaan hedge funds papan atas di Wall Street NY saat ia memilih mundur dan mencoba peruntungan baru di tahun 1994.

Uang tabungan (dan mungkin juga pesangonnya) pasti lebih dari cukup untuk menyewa sebuah kantor di manapun di seantero Amerika.

Bagi seorang Bezos, prioritas energi yang akan ia alokasikan sudah pasti pada visinya serta strategi bagaimana mewujudkannya. Cara berpikir yang sama juga terjadi pada Bill Gates dan Paul Allen, Steve Jobs dan Steve Wozniak, juga Larry Page dan Sergey Brinn.

Sepuluh tahun pertama dalam sejarah perkembangan perusahaan mereka justru ditekankan pada traction, mencari basis massa pelanggan serta pengguna untuk dimonetisasi.

Mereka juga memilih sibuk mencari model bisnis terbaik lainnya untuk mendukung bisnis utama mereka, bahkan akuisisi perusahaan-perusahaan lain bila perlu.

Hampir tak ada cerita soal pindahan kantor, bahkan saat markas besar mereka siap menjadi landmark, penanda kulminasi pencapaian prestasi mereka, ya terjadi begitu saja, tak ada berita besar-besaran, acara gunting pita di gerbang masuk, peresmian oleh pejabat pemerintah setempat, atau mengundang selebriti untuk memeriahkan pindahan kantor tersebut.

Baca juga: Ciputra dan Impian Besar Melahirkan Dua Juta Entrepreneur Indonesia

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com