Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kronologi Siswa SD Terpadu Putra 1 Jakarta Dikeluarkan dari Sekolah

Kompas.com - 05/01/2021, 22:39 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Albertus Adit

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com- Dampak pandemi Covid-19 membuat para orang tua yang ekonominya terhempas, merasa kelabakan.

Seperti yang dialami Erlindawati, yang kesulitan membayar SPP anak keduanya yang bersekolah di SD Terpadu Putra 1 Jakarta.

Bahkan, anaknya yang duduk di kelas 4 SD ini terpaksa dikeluarkan (drop out) dari sekolah. "Dampak pandemi ini cukup membuat ekonomi saya turun drastis. Saya tidak bisa membayar SPP anak saya mulai bulan April hingga saat ini," kata dia, Selasa (5/1/2021).

Sebetulnya, ia sudah mendatangi sekolah dan mengatakan akan bertanggung jawab melunasi SPP anaknya. "Saya katakan, bahwa saya bertanggung jawab sepenuhnya, tanpa meminta keringanan. Saya komitmen dan koperatif setiap kali diajak komunikasi sekolah," kata dia.

Baca juga: Kembali Sekolah 2021? Siswa, Pahami Dulu 3 Gaya Belajar Ini

Ibu rumah tangga ini, menyebutkan SPP anaknya jika ditotal ada sekitar Rp 13 juta. Dengan rincian, per bulan yang dibayarkan Rp 1.085.000. "Malah, tahun ajaran baru ini kok naik menjadi Rp 1.250.000. Padahal, ini juga masih pandemi," keluhnya.

Diminta melunaskan SPP tiga hari saja

Kronologisnya sendiri cukup panjang. Permintaan pelunasan SPP diterima Indah pada 11 Desember 2020 lalu.

"Dalam keterangannya, tiga hari setelah surat dilayangkan, SPP harus lunas. Saya kaget sekali. Darimana cari uang banyak dalam waktu tiga hari? Saya coba komunikasi dengan Kepsek dan dijanjikan akan di proses ke yayasan," ujar perempuan yang akrab disapa Indah ini.

Surat per tanggal 11 Desember ini, diakui Indah menjadi surat pertama dari sekolah. Sebelumnya, tidak ada sama sekali surat permintaan pelunasan SPP. "Saya langsung datang ke sekolah untuk menjelaskan kronologis ekonomi saya. Setelah 11 Desember, lanjut pada 15 Desember saya bikin surat permohonan untuk penundaan," kata dia.

Saat menunggu jawaban apakah ia boleh menunda pembayaran atau tidak dari yayasan, muncul lagi surat baru yang menyatakan jika anaknya OA (bukan nama asli) diberhentikan. Surat kedua ini, dikirimkan melalui Whatsapp per tanggal 23 Desember 2020.

"Hati saya hancur. Anak saya pas awal masuk sekolah malah tanya sama saya. Ma, kok aku gak dapat link belajar?" tuturnya dengan sedih.

Ia pun sempat protes kepada sekolah."Ya komunikasi juga ke wali kelas. Jadi semuanya pada bingung akan nasib anak saya. Setelah saya coba komunikasi, saya diminta membuat dokumen dan bukti yang mendukung pernyataan saya jika saya kesulitan ekonomi," kata dia.

Permintaan ini, diminta pihak Yayasan Pendidikan Putra melalui kepala sekolah. Dokumen yang disertakan oleh Indah berupa keterangan tertulis, foto dan bukti pendukung lainnya.

"Saya juga diminta ngurus surat keterangan warung saya tutup di RT RW. Padahal saat itu juga mendekati Natal. Jadi agak susah ngurusnya. Lalu, bukti saya mengalami operasi jantung, juga dikirim ke sekolah. Memang saya sampaikan, bahwa sebelum pandemi pun keluarga saya sedang mengalami masalah. Saya terpaksa dua kali operasi jantung akibat tumor," jelasnya.

Baca juga: Akademisi UI: Begini 3 Tips Belajar Bahasa Asing bagi Anak

Foto saat menjalani operasi sekitar dua tahun lalu dan bukti struk pasca operasi jantung, wajib disertakan.

Ia juga berupaya menjelaskan ke pihak sekolah jika usaha rintisannya di Februari tutup karna pandemi. "Baru saya buka Februari di Bekasi, lalu Maret tutup. Jadi, saya belum memiliki pemasukan besar. Warung saya dan suami (di lokasi lain) juga tutup. Karena di daerah perkantoran, begitu kantor tutup, ya warung sepi," kata dia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com