Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahasiswa ITS Rancang Bangunan Karantina Berkonsep Ramah Lingkungan

Kompas.com - 14/12/2020, 08:10 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 mendorong semua lini kehidupan untuk maju dan berkembang. Tak hanya dari sektor kesehatan untuk menemukan obat dan vaksin, untuk mendukung itu juga perlu inovasi lainnya.

Seperti halnya dari sisi infrastruktur. Rumah sakit atau bangunan untuk karantina juga semakin penuh. Karena itu dibutuhkan bangunan karantina dengan konsep moderen.

Namun, di tangan mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menggagas rancangan bangunan dengan konsep ideal untuk karantina selama pandemi berlangsung sekaligus berkelanjutan dengan nama Among Raga.

Melansir laman ITS, Senin (14/12/2020), bangunan 42 lantai ini juga berkonsep ramah lingkungan. Karena memiliki ruang terbuka hijau untuk kesehatan dan kesejahteraan penghuni selama karantina.

Baca juga: 6 Ide Nyambi Bisnis bagi Mahasiswa, Mana Pilihanmu?

Menurut Ketua Tim, Nathanael Christopher Sutopo, Among Raga sendiri diambil dari bahasa Jawa yang berarti Merawat Tubuh, sesuai dengan konsep karantina yang digunakan.

Desain yang diterapkan merupakan pencerminan kearifan lokal dari masyarakat Asia Tenggara yaitu gotong royong.

"Pandemi ini bisa dilalui dengan bekerja sama untuk menjaga sesama dengan menjaga diri, setiap orang itu bisa among raga," ungkap Nathanael Christopher.

Dukung kesejahteraan penghuni

Tak hanya itu saja, Among Raga juga untuk mematahkan stigma masyarakat terhadap karantina yang terkesan membosankan, terkurung, serta tidak produktif.

Namun karena mengusung konsep open space, bangunan ini tentunya akan mendukung kesejahteraan para penghuni terutama yang reaktif atau positif Covid-19.

"Bangunan karantina didesain dengan sistem dan fasilitas yang memadai. Bukan hanya untuk mencegah penyebaran, tetapi juga untuk efek psikologis," jelasnya.

Bangunan itu juga dilengkapi dengan fasilitas Intensive Care Unit (ICU) untuk penghuni yang didapati reaktif atau bahkan positif Covid-19.

Sistem ventilasi di unit ICU akan menerapkan ruangan dengan tekanan rendah. Sehingga arus udara akan bisa dikontrol untuk menjauhi tempat yang kemungkinan tinggi bagi virus tersebut menyebar.

Untuk desain dari bangunan ini yang berupa double skin layer pada fasad diambil dari buah yang banyak beredar di Asia Tenggara yaitu buah Salak. Desain ini berguna untuk memaksimalkan pemanfaatan sinar matahari dan sirkulasi alami dari angin.

Pada layer terluar dipasang panel surya sebagai produksi energi untuk bangunan, sekaligus sebagai pemecah angin serta memberikan keteduhan pada penghuni gedung.

Sistem panel surya ini memiliki kegunaan lainnya. Saat hujan, panel surya akan berputar secara hidrolis sehingga dapat menangkap air hujan dan mengalirkannya ke ramp yang ada di bawahnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com