KOMPAS - Pandemi Covid-19 tak semestinya menghilangkan kesempatan anak-anak untuk tetap mencapai kompetensi yang dibutuhkan sesuai tumbuh kembangnya.
Guna membekali anak kompetensi meski pembelajaran belum bisa dilakukan di sekolah, HighScope Indonesia menyiapkan sistem pembelajaran alternatif Home-Based Interactive Learning (HBIL )untuk memastikan kondisi siswa kondusif dan aman.
Selama HBIL, penerapan nilai-nilai HighScope Indonesia untuk mendorong anak beradaptasi secara kreatif, berinovasi, dan berdampak positif bagi lingkungan sekitar, terus berjalan.
Terutama penguasaan kompetensi dan kecakapan hidup (life skills) yang berhubungan erat dengan kebiasaan sehari-hari murid.
Baca juga: Survei: Kualitas Guru Jadi Pendorong Terbesar Prestasi Siswa
Chief Human Resources and Academic Development Officer HighScope Indonesia Ilsa Hendrarso mengatakan, HBIL mencoba mengadaptasi proses pembelajaran yang terjadi di sekolah sehingga bisa diterapkan secara jarak jauh sesuai dengan filosofi sekolah.
"Dari sebelum pengumuman PSBB, kita sudah langsung membuat konsep remote learning (PJJ). Namun, kita tidak ingin hanya remote learning saja, tetap harus sesuai dengan filosofi kita bahwa anak-anak harus tetap belajar dengan aktif, berinteraksi dengan sekitarnya, untuk bisa memahami sesuatu melalui proyek-proyek pembelajaran," papar Ilsa.
Dengan begitu, kata dia, kegiatan sehari anak-anak bisa tetap aktif, tetap beragam.
"Tidak hanya terus-terusan di depan komputer dan mengejakan worksheet. Jadi kita coba adaptasi bagaimana mereka mengerjakan proyek di rumah, dengan bahan-bahan yang ada di rumah. Misalkan mereka sedang belajar tentang listrik dan magnet. Bila di sekolah kita siapkan meterialnya, namun saat di rumah mereka diminta mengamati peralatan di rumah yang menggunakan listrik dan magnet," jelasnya.
Baca juga: Agar Anak Kompeten, Najelaa: Beri Anak Umpan Balik, Bukan Nilai
Selanjutnya, murid juga melakukan analisis sekaligus membuat desain sebagai cara mendorong kreativitas. Sehingga, murid bisa belajar banyak keterampilan sekaligus, mulai dari obeservasi sains, hingga kreativitas.
Murid juga dibekali dengan take home kit atau alat-alat pembelajaran dari sekolah, adanya sesi privat dengan guru, berkomunikasi dengan orangtua, memaksimalkan penggunaan sumber yang bersifat digital dan teknologi.
Heni Astuti dari The Research & Development Department menambahkan, selama PJJ guru tidak mengejar ketuntasan kurikulum melainkan menekankan pencapaian kompetensi untuk keterampilan-keterampilan penting.
"Karena kita percaya adalah yang perlu dicapai anak itu adalah pencapaian kompetensi bukan pencapaian kontennya," papar Heni.
Baca juga: LPDP Buka Beasiswa Pendidik untuk Guru dan Dosen, Ini Cara Daftar
Kemudian, lanjut dia, salah satu perbaikan yang dilakukan adalah melakukan integrasi pembelajaran untuk beberapa mata pelajaran sekaligus.
Misalnya, kata dia, integrasi antara Sains dan Bahasa Indonesia, kini juga dilakukan integrasi antara Matematika, Bahasa Indonesia dan Sains.
"Sebelum Home-Based Interactive Learning kami sudah melakukan integrasi sehingga pembelajaran lebih kontekstual. Jadi intinya saat anak belajar tentang magnet misalnya, ada skill observasi yang dipelajari di situ, lalu digunakan untuk apa, sehingga lebih lengkap," kata dia.