Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rektor UGM: Jakob Oetama Banyak Beri Sumbangsih Bagi Kemajuan Pers

Kompas.com - 12/09/2020, 18:13 WIB
Dian Ihsan,
Yohanes Enggar Harususilo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Panut Mulyono mengenang tokoh pers dan pendiri Kompas Gramedia Jakob Oetama. Panut melihat Jakob sebagai alumnus UGM yang banyak memberikan sumbangsih bagi kemajuan pers di Indonesia.

"Inilah yang patut diteruskan oleh pers Indonesia saat ini. Jurnalisme yang bisa memberi Makna. Bukan sekadar sisi kecepatan, kedalaman, keakuratan tetapi juga makna yang melingkupinya. Ini sejalan dengan mandat UGM bekerja untuk kemanusiaan dan pembangunan nasional," ucap Panut dalam keterangannya, seperti melansir laman UGM, Jumat (11/9/2020).

Baca juga: Jakob Oetama, Seorang Guru yang Bertutur Secara Halus

Dosen Ilmu Komunikasi UGM Phil. Ana Nadhya Abrar mengatakan, pandangan Jakob Oetama terkait jurnalisme makna merupakan hasil akumulasi penghayatan dirinya selama puluhan tahun sebagai wartawan maupun pemimpin umum Kompas.

"Dia (Jakob) merupakan abstraksi dari pembelajaran yang dilakukannya secara belasan tahun secara terus-menerus. Dia juga merupakan puncak kesadaran eksistensialnya sebagai wartawan dan pengusaha media. Jadi, itulah puncak karyanya di bidang jurnalisme. Kita hrs apresiasi dengan penuh suka cita," ungkap Abrar.

Abrar melihat, jika dilihat lebih jauh pemikiran Jakob Oetama sebenarnya datang dari konsep eksistensi pers. Eksistensi pers itu sendiri ditentukan oleh muatan isi dan jumlah pembaca.

Dari jumlah pembaca ini, kata Abrar, dia mampu mengelola bisnis, sedangkan muatan isi, Jakob menyebut isi.

"Menyangkut isi inilah Pak Jakob bicara 'antara jurnalisme fakta dan makna'. Kenapa dia menyebut antara? Karena jurnalisme yang dia perkenalkan berangkat dari jurnalisme investigasi. Namun, dimodifikasi soal faktanya. Yakni melaporkan tidak hanya sekadar fakta, tapi latar belakang, riwayat, proses dan hubungan kausal dan interaktif," jelas Abrar.

Bila ditarik masa kini, sambung dia, ide Jakob ini sulit diterapkan. Karena, tidak banyak media yang ingin repot melakukan investigasi. Sementara media sekarang itu suka pragmatis, terkadang opurtunis.

"Dalam dunia jurnalisme, ide Pak Jakob itu tergolong jenis jurnalisme yang berkaitan dengan cara mengumpulkan fakta. Saya pribadi suka dengan cara yang diperkenalkan Pak Jakob itu. Namun, konsekuensinya berat, karena harus kerja keras dan dekat dengan masyarakat," terang Abrar.

Pendiri Kompas Gramedia, Jakob Oetama (88), meninggal dunia di Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading, Jakarta Utara, Rabu (9/9/2020).

Jakob wafat karena mengalami gangguan multiorgan. Usia sepuh kemudian memperparah kondisi Jakob hingga akhirnya mengembuskan napas terakhir.

Dokter Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading, Felix Prabowo Salim, mengatakan, kondisi awal Jakob saat masuk rumah sakit sudah mengalami gangguan multiorgan.

Dia pertama kali masuk ke rumah sakit pada 22 Agustus 2020. Kondisinya sempat membaik, tetapi kemudian memburuk lagi. Hingga pada Minggu (6/9/2020) sore, Jakob mengalami koma.

“Selama perawatan sempat sebenarnya naik turun, di mana selama perawatan hampir lebih dari dua minggu sempat perbaikan dan terjadi penurunan, hanya pada saat-saat terakhir karena faktor usia dan kondisi semakin memburuk, akhirnya beliau meninggal,” ujar Felix.

Baca juga: Jakob Oetama, Sempat Menjadi Guru Sebelum Tekuni Jurnalistik

Pihak Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading telah melakukan swab test kepada Jakob. Hasil swab test Jakob Oetama dinyatakan negatif.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com